Pages

Subscribe:

Pengantar

Terima kasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Selasa, 23 Agustus 2016

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Akuntansi Manajemen adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
Biaya diferensial adalah berbagai perbedaan biaya antara sejumlah alternatif pilihan yang dapat digunakan perusahaan.Analisis biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan pendapatan, biaya, laba sehubungan dengan beberapa kemungkinan cara untuk menggunakan fasilitas tetap atau kapasitas yang tersedia.
Analisis biaya difensial ditujukan untuk mengamati perilaku yang terjadi antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost) apabila dikaitkan dengan estimasi kenaikan pendapatan (earning). Jadi konsep dasar dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah terjadinya kenaikan pendapatan diiringi kenaikan (increasing) biaya yang proporsional. Dalam lingkup tugas manajemen, analisis ini biasa digunakan untuk pengambilan keputusan (decision making) manajerial, seperti keputusan untuk menolak atau menerima tambahan pesanan produk dari konsumen, keputusan untuk memperluas, menutup atau melepaskan suatu fasilitas, keputusan untuk menentukan apakah perusahaan perlu memproduksi sendiri atau membeli, atau keputusan untuk menurunkan harga jual produk. Keputusan yang terakhir ini biasanya diambil pada saat produk mengalami siklus penurunan, dimana profit margin semakin berkurang, dan posisi produk mulai digerogoti produk pesaing (kompetitor).
Jadi Dengan kata lain informasi tersebut diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternative tindakan yang terbaik di antara alternative yang tersedia.
1.2.Rumusan Masalah
Apakah definisi dari perubahan organisasi dan manajemen stress, serta pengaruhnyaterhadap prilaku dalam organisasi?

1.3.Manfaat Penulisan
1.      Manfaatnya untuk mahasiswa adalah sebagai panduan atau tunjangan dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen.
2.      Manfaatnya untuk fakultas adalah sebagai tambahan karya tulis untuk memperkaya materi mengenai Akuntansi Manajemen.













BAB 2
PEMBAHASAN


2.1.Strategi Berbasis Biaya
Salah satu hal yang harus diingat oleh setiap pengelolah perusahaan adalah perusahaan tidak sendiri ketika beroperasi disuatu wilayah tertentu.Selalu ada pesaing sehingga setiap perusahaan harus membangun strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan disuatu perusahaan tertentu. Tanpa memenaqngkan persaingan, tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Karena itu, diantara berbagai fungsi manajemen yang paling penting adalah fungsi manajemen strategis.
            Perusahaan mencapai keberhasilan jangka panjang dengan cara menemukan strategi jangka panjang yang dapat dipertahankan, yaitu seperangkat kebijakan, prosedur, dan pendekatan yang akan menghasilkan keberhasilan bisnis dalam jangka panjang. Menemukan strategi dimulai dengan menentukan tujuan dan arah bisnis dalam jangka panjang, termasuk menentukan fisi serta misi perusahaan.Kemudian misi dikembangkan untuk mencapai tujuan kinerja yang lebih spesifik.Tujuan spesifik tersebut lalu dikembangkan dan diimplementasikan menjadi strategi perusaan yang spesifik demi mencapai tujuan yang dapat memenuhi misi perusahaan.
            Manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh pengelolah untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi demi menyediakan customer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi. Manajemen strategi merupakan upaya pengembangan posisi kompetitif perusahaan ditengah persaingan. Sedangkan strategi adlah pola tindakan utama yang dipilih untuk mencapai tujuannya dan strategi yang akan diwujudkan dalam tindakan spesifik, apabila dicapai, akan memberikan keunggulan kompetitif yang diharapkan. Dengan kata lain, strategi merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana perusahaan mencapai tujuannya? Dengan demikain strategi adalah langka yang diperlukan perusahaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Manajemen strategis meliputi pengidentifikasiaan dan pengimplementasian tujuan serta rencana tindakan tersebut.
            Ada begitu banyak strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan.Di antara berbagai konsep strategi yang ada, salah satunya adalah konsep strategi kompetitif yang menekankan keunggulan pada biaya (cost leadership).
            Keunggulan pada biaya (cost leadership) adalah strategi kompetitif yang menyebabkan perusahaan sukses dengan membuat produk atau jasa pada biaya yang paling rendah dalam industry.Perusahaan menghadapi laba yang cukupo pada harga yang rendah, sehingga membatasi pertumbuhan persaingan dalam industrimelalui keberhasilan perang harga dan merusak profitabilitas pesaing.Cost leadership umumnya memiliki pasar-pasar yang relative besar dan cenderung menghidari segmen pasar yang kosong dengan menggunakan keunggulan harga yang menarik pasar.
            Perusahaan yang memiliki biaya sebagai basis strateginya dalam bersaing harus memahami dengan baik klasifikasi biaya dan perilaku dari setiap jenis biaya tersebut. Melalui pengenalan yang baik terhadap perilaku biaya dan hubungandengan berbagai unsur lain dalam organisasi, manajemen dapat menarik manfaat dalam membangun strategi yang tepat.


2.2.Biaya Diferensial
Seperti telah dibahas dalam bab sebelumnya bahwa berdasarkan reaksi suatu jenis biaya terhadap perubahan aktifitas perusahaan, biaya disuatu perusahaan manufaktur dapat dikelompokan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berfluktuasi dengan perubahan tingkat aktivitas perusahaan.Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang relative tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume ativitas perusahaan. Perbedaan perilaku kedua kelompok biaya tersebut dapat digunakan dan bermanfaat untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan. Beberapa persoalan yang dihadapi perusahan dapat diselesaikan menggunakan dan memanfaatkan perbedaan perilaku diantara biaya-biaya yang dimiliki perusahaan. Salah satu metode yang digunakan adalah analisa biaya diferensial.
Biaya diferensial adalah berbagai perbedaan biaya di antara sejumlah alternative pilihan yang dapat digunakan perusahaan. Biaya diferensial atau biaya relefan sering pula disebut sebagai biaya marjinal. Biaya diferensial merupakan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat digunakan perusahaan dalam menghitung biaya yang akan dikeluarkan perusahaan. Berbagai kemungkinan biaya ini dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk menyelesaikan  beberapa persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Pada dasarnya biaya diferensial merupakan biaya tunai atau out-of pocketcost yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran tunai saat ini atau pada masa mendatang, yang harus terjadi apabila suatu proyek dilaksanakan atau diperluas sampai melebihi ukuran yang ditentukan semula.
Analisa biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan pendapat,biaya dan marjinlaba sehubung dengan beberapa kemungkinan cara untuk menggunakan fasilitas tetap atau kapasitas yang tersedia.
Dalam analisa biaya diferensial, biaya variabel sangat relevan karena lazimnya biaya variabel dapat dielakkan ketika proyek masih dalam tahap evaluasi dan bias juga tidak bias dielakkan. Sebaliknya, biaya tetap biasanya tidak dapat dielakkan dalam kondisi apapun,sehingga tidak relevan bagi setiap keputusan menyangkut biaya atau profitabilitas relative dari berbagai alternative. Akan tetapi, jika biaya tetap terpaksa dinaikkan, misalnya karena keputusan untuk menyewa ruang tambahan, membeli fasilitas tambahan, atau penyebab pengeluaran ekstra lainnya, maka biaya tetap semacam itu dapat dikelompokan menjadi biaya diferensial. Dalam penentuan biaya yang akan terjadi dalam pelaksanaan atau perluasan proyek, setiap pengeluaran tunai,  yang diperlukan untuk pengadaan kapasitas yang memadai, bersifat relevan bagi pengambilan keputusan.
Terdpat dua kriteria penting agar suatu jenis biaya dapat dikelompokkan sebagai biaya diferensial atau biaya relevan,yaitu:
1.      Biaya tersebut merupakan biaya yang akan dating.
Biaya relevan bukanlah biaya yang telah dikeluarkan perusahaan dimasa lalu atau biaya historis, tetapi merupakan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dimasa yang akan dating. Memang dalam memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan dimasa mendatang, perusahaan dapat menggunakanm biaya historis. Tetapi data historis tersebut hanya digunakan sebagai dasasr untuk membuat prediksi tentang besarnya biaya yang akamn dikeluarkan perusahaan dalam masa mendatang atas suatu proyek tertentu, dan biaya historis itu sendiri tidak relevan dengan keputusan yang akan diambil. Karena itu, Sunk cost, yaitu biaya yang terjadi dan tidak dapat diubah dengan keputusan apapun baik saat ini maupun yang akan datang, tidak dapat dikelompokan sebagai biaya relevan.
2.      Biaya tersebut berbeda diantara sejumlah alternative
Biaya yang akan dikeluarkan dimasa mendatang harus merupakan biaya yang berbeda diantara berbagai alternative. Jika biaya yang akandikeluarkan perusahaan dimasa mendatang tidak memberikan perbedaan diantara berbagai alternatif yang ada, maka biaya tersebut tidak dapat dikelompokan sebagai biaya relevan, seperti biaya pengusutan asset teap untuk bulan kedepan dimana proyek akan dilaksanakan.
      Jadi jelas bahwa keputusan untuk menjual 6.000 produk tambahan dengan harga jual yang lebih rendah adalah tepat, karena baik nilai marjin kontribusinya itu positif maupun perolehan laba totalnya tetap bertambah besar.
2.3.MANFAAT ANALISA BIAYA DIFERENSIAL
Penggunaan biaya relevan dalam penyelesaian berbagai  persoalan yang dihadapi perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan perusahaan. Karena tanpa menggunakan metode biaya relevan ini, ada kemungkinan beberapa persoalan yang dihadapi persoalan yang dihadapi perusahaan dapat berakibat pada pada pemilihan jalan keluar dan keputusan yang salah oleh pihak manajemen perusahaan. Memang tidak setiap persoalan biaya di perusahaan dapat diselesaikan dengan menggunakan analisa biaya relevan ini, tetapi ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan menggunnakan analisa biaya relevan ini, tetapi ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan metode ini:
1.      Menerima pesanan tambahan
2.      Menurunkan harga pesanan khusus
3.      Keputusan untuk memproduksi sendiri atau membeli
4.      Keputusan untuk menutup fasilitas
5.      Keputusan untuk menghentikan produk tertentu
6.      Keputusan untuk memproses lebih lanjut atau tidak
7.      Dan sebagainya



1.      Menerima Pesanan Tambahan
Terkadang perusahaan yang masih berproduksi dibawah kapasitas terpasang menerima pesanan tambahan dari pelanggan.Volume produksi awal sebelum pesanan tambahan itu datang dijual dengan harga tertentu.Tetapi ketika datang pesanan tambahan, pelanggan menawar dengan harga dibawah harga jual semula.Tentu saja pihak manajemen perusahaan memiliki pilihan untuk menerima atau menolak pesanan tersebutr karena harga yang diminta pelanggan dibawah harga jual normal.Tetapi pihak perusahaan juga memiliki pilihan untuk menerima pesanan tersebut karena perusahaan belum bekerja sesuai dengan kapasitas optimal.Persoalanya adalah pada harga jual.Jika menghadapi kasus sepertio itu, perusahaan dapat menggunakan analisa biaya diferensial untuk meyelesaikan persoalan tersebut.
Contoh:
Kapasitas produksi PT. Panen Raya per bulan adala 18.000 unit.Pada pertengahan bulan Januari 2012 perusahaan tersebut telah mereproduksi dan menjual 10.000 unit dari produksinya di bulan tersebut dengan harga Rp 14.000 per unit.Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 10.000 unittersebut adalah sebagai berikut.
-          Biaya Bahan Baku Langsung             Rp   20.000.000
-          Biaya Tenaga Kerja Langsung            Rp   35.000.000
-          Biaya Overhead Variabel                    Rp   15.000.000
-          Biaya Overhead Tetap                                    Rp   24.000.000
-          Biaya Pemasaran Variabel                  Rp   10.000.000
-          Biaya Pemasaran Tetap                       Rp     4.000.000
-          Biaya Administrasi                             Rp     9.000.000
# Total                                                 Rp 117.000.000

Setelah menjual 10.000 unit produksinya, salah satu pelanggan PT. Panel Raya, yaitu PT. Pelangi, pada akhir bulan Januari 2014 mengajukan penawaran pembelian sebanyak 6.000 unit produk PT. Panel Raya dengan harga Rp 10.000 per unit. Bisakah tawaran tersebut diterima?Mengapa?
            Untuk membuat 10.000 unit produknya tersebut, PT. Panel Raya mengeluarkan biaya total sebesar Rp 117.000.000. Jika perusahaan menghitung total pengeluaran sebagai dasar untuk menghitung biaya per unitnya, maka akan diperoleh nilai sebesar Rp 11.700per unit (Rp 117.000.000:10.000). Jika menggunakan dasar pwrhitungan seperti itu, maka penawaran harga sebesar Rp 10.000 per unit dari PT. Pelangi jelas tidak dapat diterima.
            Tetapi pihak manajemen PT. Panel Raya dapat menggunakan analisa biaya diferensial sebagai dasar pertimbangan menerima atau menolak pesanan tambahan dari PT. Pelangi tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp 80.000 dan biaya tetap sebesar Rp. 37.000.000. Biaya tetap sebesar Rp 37.000.000 itu adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk kapasitas produksi sebesar 18.000 unit.Jika kemudian volume produksi perusahaan dinaikan menjadi 18.000 unit untuk bulan Januari, maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tetap tambahan lagi.  Karena itu, untuk tambahan produksi di bulan Januari sebesar 6.000 unit, perusahaan tidak perlu menambah biaya tetap[ yang akan dikeluarkannya,karena hanya menggunakan kapasitas produksi yang menganggur. Perusahaan cukup mengeluarkan biaya variabel saja untuk membuat 6.000 unit tambahan tersebut.Untuk membuat 10.000 unit pertama, perusahaan mengeluarkan biayai berikut ini mungkin dapat variabel total sebesar RpRp 80.000.000.Itu berarti biaya variabel perunit adalah Rp 8.000.Jadi, untuk pesanan tambahan sebanyak 6.000 unit Pt. Panel Raya cukup mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp. 48.000.000 (6.000 unit sebesar Rp 8.000).Jadi, pada dasarnya pesanan tambahan dengan harga lebih rendah dengan harga yang diterima perusahaan, selama dapat menghasilkan marjin kontribusi (selisih antara harga jual dan biaya variabelnya) positif, pesanan tambahan tersebutr masih dapat diterima.Dalam kasus ini, marjin kontribusi yang diterima perusahaan adalah Rp 2.000 per unit (Rp 10.000- Rp 8.000).Perhitungan laba rugi berikut mungkin dapat memperjelas bahwa keputusan untuk menerima pembelian 6.000 unit tambahan adalah cepat.

Keterangan
Penjualan Awal
(10.000 Unit)
Penjualan Tambahan
(6.000 Unit)
Penjualan Total
(16.000 Unit)
Penjualan
140.000.000
60.000.000
200.000.000
Biaya Bahan Langsung
(20.000.000)
(12.000.000)
(32.000.000)
Biaya Tenaga Kerja Langsung
(35.000.000)
(21.000.000)
(56.000.000)
Biaya Overhead Variabel
(15.000.000)
(9.000.000)
(24.000.000)
Biaya Overhead Tetap
(24.000.000)

(24.000.000)
Biaya Pemasaran variable
(10.000.000)
(6.000.000)
(16.000.000)
Biaya Pemasaran Tetap
(4.000.000)

(4.000.000)
Biaya Administrasi Tetap
(9.000.000)

(9.000.000)
Biaya Usaha
23.000.000
12.000.000
(48.000.0000)

2.      Menurunkan Harga Pesanan Khusus
Adakalanya, pelanggan meminta perlakuan khusus dalam membeli produk yang mereka inginkan. Perlakuan khususu tersebut dapat berubah tambahan asesoris, pemberian warna khusus, pemberian warna khusus, atau permintaan yang lain. Biasanya permintaan khusus tersebut akan mengakibatkan penambahan biaya bagi perusahaan. Jika penambahan biaya ini tidak dibarengi dengan peningkatan harga jual produk pesanan khusus tersebut, itu artinya terjadi penurunan harga jualdibandingkan harga jual sebelumnya. Penambahan biaya akibat pesanan khusus ini dapat diperlukan sebagai biaya yang relevan bagi perusahaan,karena biaya-biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan proses produksi tambahan.Contoh:
Kapasitas produksi PT. Cemerlang Sejati adalah 140.000unit pertahun.Sampai akhir bulan Oktober 2012, perusahaan tersebut baru memproduksi dan menjual 100.000 unit produknya dengan harga Rp 15.000 per unit.Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 100.000 unit tersebut adalah sebagai berikut.

-          Biaya Bahan Baku Langsung             Rp 200.000.000
-          Biaya Tenaga Kerja Langsung            Rp 350.000.000
-          Biaya Overhead Variabel                    Rp 150.000.000
-          Biaya Overhead Tetap                                    Rp 240.000.000
-          Biaya Pemasaran Variabel                  Rp 100.000.000
-          Biaya Pemasaran Tetap                       Rp   40.000.000
-          Biaya Administrasi                             Rp   90.000.000
# Total                                                   Rp 1.170.000.000

Pada akhir bulan Oktober 2012, PT Mitra Karya yaitusudah satu pelanggan PT. Cemerlang Sejati memesan 40.000 unit untuk produk dengan spesifikasi khusu. PT. Mitra Karya minta agar perusahaan diberi asesoris tambahan dan kemasan khusus yang berbeda dengan kemasan yang biasa digunakan oleh PT. Cemerlang Sejati untuk menambah asesoris kemasan khusus adalah Rp 1.200 per unit ditambah biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp 32.000.000. Bisakah tawaran tersebut diterima? Mengapa?
      Jika biaya total sebelumnya sebagai dasar perhitungan biaya , maka akan diperoleh biaya per unit sebesar Rp 11.700 per unit. Jika biaya ini ditambah biaya kemasan khusus sebesar Rp 1.200 per unit maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 12.900 per unit ditambah biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp 32.000.000.Dengan metode perhitungan seperti ini, jelas harga jual sebesar Rp 12.000 tidak dapat diterima.
      Tetapi dengan menggunakan analisa. Biaya diferensial PT. Cemerlang Sejati akan memperoleh perhitungan yang berbeda, sehingga keputusan yang diambil juga akan berbeda. Untuk membuat 100.000 unit produknya, biaya yang dikeluarkan PT Cemerlang Sejati adalaah RP 370.000.000.kalaupun volume produksi dinaikan menjadi 140.000 unit, biaya tetap total yang dikeluarkan tidak akan berubah. Jadi, untuk membuat 40.000 unit pertahun, perusahaan tinggal menambah biaya relevan saja  yang dalam hal ini adalh sebuah biaya variabelditambah dengan biaya pengeluaran tambahan untuk membuat 40.000 unit tambahan tersebut.


Keterangan
Penjualan Awal
(100.000 Unit)
Penjualan Tambahan
(40.000 Unit)
Penjualan Total
(140.000 Unit)
Penjualan
1.500.000.000
480.000.000
1.980.000.000
Biaya Bahan Langsung
(200.000.000)
(80.000.000)
(280.000.000)
Biaya Tenaga Kerja Langsung
(350.000.000)
(140.000.000)
(490.000.000)
Biaya Overhead Variabel
(150.000.000)
(60.000.000)
(210.00.000)
Biaya Overhead Tetap
(240.000.000)

(240.000.000)
Biaya Pemasaran variable
(100.000.000)
(40.000.000)
(140.000.000)
Biaya Pemasaran Tetap
(40.000.000)

(40.000.000)
Biaya Administrasi Tetap
(90.000.000)

(90.000.000)
Biaya Tambahan: kemasan dan asesoris

(48.000.000)
(48.000.0000)
Biaya tambahan: sewa mesin

(32.000.000)
(32.000.000)
Biaya Usaha
330.000.000
80.000.000
410.000.000
Biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membuat 40.000 unit tambahan tersebut  adalah Rp80.000.000(asesoris & kemasan + ongkos sewa mesin= 40.000 unit x 1.200 ditambahah Rp 32.000.000). Ternyata ddengan metode perhitungan yang menggunakan biaya relevan , perusahaan tetap memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp80.000.000. Sedangkan secara keseluruhan , perusahaan tetap memperoleh laba usaha yang lebih besar, yaitu sebesar Rp410.000.000 jika menerima pesanan tambahan tersebut dibanding sebesar Rp330.000.000 jika menolak.
3.      Keputusan untuk Membuat Sendiri atau Membeli
Umumnya sebuah perusahaan manufaktur membeli bahan baku dan kemudian memrosesnya menjadi produk jadi.Artinya, kegiatan utama perusahaan manufaktur memang membuat suatubjenis produk tertentu. Tetapi adakalanya perusahaan manufaktur dihadapkan pada suatubpilihan untuk membuat sendiri produknya seperti semula atau selebihnya dari pihak lain. Pilihan membeli dari pihak lain muncul karena beberapa sebab. Misalnya, karena beli dari perusahaan lain lebih murah, kapasitas produksi perusahaan sulit ditambah,dan sebagainya. Jika kondisi seperti itu dihadapi, maka perusahaan dapat menggunakan analisis biaya diferensial sebagai metode untuk menyelsaikan masalah tersebut. Contoh:
Kapasitas produksi PT.Mitra Usaha adalah 100.000 unit per tahun. Pada akhir bulan Oktober 2013, perusahaaan ini mengikat kontrak penjualan dengan Kementrian Pertanian RI untuk menjual produknya sebanyak 100.000 unit dengan harga Rp 15.000 per unit selama tahun 2014. Taksiran biaya yang akan dikeluarkan untuk membuat 100.000 unit tersebut adalah sebagai berikut:
·         Biaya Bahan Baku Langsung                   Rp       200.000.000
·         Biaya Tenaga Kerja Langsung      Rp       350.000.000
·         Biaya Overhead Variabel              Rp       150.000.000
·         Biaya Overhead Tetap                              Rp       240.000.000
·         Biaya Pemasaran Variabel                        Rp       100.000.000
·         Biaya Pemasaran Tetap                 Rp          40.000.000
·         Biaya Administrasi                                   Rp          90.000.000
§  Total                                                          Rp       1.170.000.000

             PT. Panah Merah, sebuah perusahaan yang membuat produk yang sama dengan  PT. Mitra Usaha menawarkan produk untuk dijualkan kepada PT. Mitra Usaha dengan harga Rp 9.500 per unit. Jika tawaran ini diterima, PT. Mitra Usaha tinggal membeli dari PT. Panah Merah dan menjual kepada Departemen Pertanian. Keputusan apakah yang harus diambil oleh Manajemen PT. Mitra Usaha membeli dari PT. Panah Merah atau membuat sendiri produk tersebut? Mengapa?
                  Jika manajemen PT. Mitra Usaha menghitung biaya yang akan dikeluarkanmemiliki prilaku yang sama dengan semuanya, maka manajemen perusahaan akan menghitung bahwa biaya yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan 100.000 unit produk itu adalah Rp 11.700 per unit (Rp17.000.000:100.000 unit). Jadi tawaran dari PT .Panah Merah atas barang yang sama dengan kualitas yang sama seharga Rp9.500 per unit terlihat jauh menguntungkan. Meskipun PT. Mitra Usaha memilih untuk membeli dari PT. Panah Merah,manajemen perusahaan tidak perlu membuang energi untuk memproduksi barang tersebut. Perusahaan tinggalmembelinya dari PT.Panah Merah dan menjualnya kepada Departemen Pertanian.
               Tetapi persoalan adalah tidak semua biaya memiliki prilakuyang sama. Biaya-biaya variabel seharusnya menjadi tanggungan PT.Mitra Usaha memang dapat dihindarkan jika perusahaan  memutuskan unuk membelinya dari PT.Panah Merah. Tetapi biaya-biaya tidak dapat dihindarkan walaupun perusahaan memutuskan menghentikan produksinya dan membeli dari PT Panah Merah. Biaya-biaya tetap tersebut menjadi tanggungan perusahaaan, baik perusahaan membuat sendiri produknya atau membelinya dari pihak lain.


Keterangan
Membuat
Sendiri
Membeli Dari Pihak Lain
Penjualan
  1.500.000.000
   1.500.000.000
Biaya Bahan Langsung
   (200.000.000)
                         0
Biaya Tenaga Kerja Langsung
   (350.000.000)
                         0
Biaya Overhead Variabel
   (150.000.000)
                         0
Biaya Overhead Tetap
   (240.000.000)
    (240.000.000)
Biaya Pemasaran Variabel
   (100.000.000)
    (100.000.000)
Biaya Pemasaran Tetap
     (40.000.000)
      (40.000.000)
Biaya Administrasi tetap
     (90.000.000)
      (90.000.000)
Pembelian Produk

    (950.000.000)
Laba Usaha
      330.000.000
     180.000.000

            Dari tabel perhitungan tersebut terlihat bahwa PT.Mitra Usaha membuat sendiri produknya dan mejua dengan harga Rp 15.000 per unit, makan akan dihasilkan laba usaha sebesar Rp 330.000.000. Sedangkan jika PT.Mitra Usaha membelinya dari dari PT.Panah Merah dengan harga Rp 9.500 per unit, hanya akan dihasilkan laba usaha Rp 18.000.000. Hal ini terjadi karena PT.Mitra Usaha masih harus menaggung seluruh biaya tetap yang ada ditambah harus membeli produk jadi dari PT.Panah Merah dengan nilai total sebesar Rp 950.000.000(9.500 x100.000). Laba usaha sebesar Rp180.000.000 akan diperoleh jika PT.Mitra Usaha memutuskan untu membeli dari PT.Panah Merah dan tidak menggunakan sama sekali mesin dan fasilitas produksi yang dimiliki. Dengan asumsi seperti itu, bearati pilihan untuk membuatsendiri produk tetap lebih mengguntungkan perusahaaan.
            Terhitungan komparatip tersebut didasarkan pada asumsi bahwa mesin yang dimiliki perusahaan tidak dimanfaatkan sama sekalai kalau perusahaan memutuskan membeli dari pihak lain. Tetapi perusahaan memiliki berbagai alternatif yang diambil untuk memanfaatkan fasilitas produksi.
            Anggaplah PT.Mitra Usah membeli dari PT. Panah merah,dan mesin Yng menggangur dapat disewakan pada pihak lain dengan pendapatan sebesar Rp200.000.000 per tahun atau digunakan untuk membuat sendiri produk tambahan sebanyak 40.000 unit (sesuai kemampuan bagian pemasaran)dengan harga jual sebesar Rp15.000 per unit. Keputusan apakah yang harus diambil oleh manajemen PT .Mitra Usaha, membeli dari PT. Panah Merah arau membuat sendiri produk tersebut?Mengapa?



Keterangan

Membuat
Sendiri
Membeli dari Pihak Lain
Mesin Tidak Digunakan
Mesin
Disewakan
Produksi
Ekstra
Penjualan
1.500.000.000
   1.500.000.000
   1.500.000.000
  2.100.000.000
Pendapatan Sewa
                      0
                          0
      200.000.000
                        0
Biaya Bahan Langsung
 (200.000.000)
                          0
                         0
     (80.000.000)
BTKL
 (350.000.000)
                          0
                         0
   (140.000.000)
B. Overhead Variabel
 (150.000.000)
                          0
                         0
     (60.000.000)
Biaya Overhead Tetap
 (240.000.000)
     (240.000.000)
    (240.000.000)
   (240.000.000)
B. Pemasaran Variabel
 (100.000.000)
                          0
                         0
     (40.000.000)
Biaya Pemasaran Tetap
   (40.000.000)
       (40.000.000)
      (40.000.000)
     (40.000.000)
B. Administrasi Tetap
   (90.000.000)
       (90.000.000)
      (90.000.000)
     (90.000.000)
Pembelian Produk Jadi
                      0
     (950.000.000)
    (950.000.000)
   (950.000.000)
Laba Usaha
  350.000.000
      180.000.000
     380.000.000
    460.000.000

Jika perusahaan memutuskan untuk membuat sendiri produknya, maka laba usaha yang akan diperoleh Rp330.000.000.
   Jika perusahaan membeli produknya dari PT. Panah Merah dan fasilitas produksinya tidak digunakan sama sekali, perusahaaan tidak perlu mengeluarkan biaya variabel dan hanya mengeluarkan biaya tetap ditambah dengan pembelian produk jadi perusahaan. Alternatif ini hanya menghasilkan laba usaha sebesar Rp180.000.000.
Jika perusahaan membeli dari PT. Tanah Merah sebanyak 100.000 unit produk untuk dijual kepada departemen pertanian, dan kemudian fasilitas produksi yang tidak terpakai disewakan kepada pihak lain dengan pendapatan sewa sebesar Rp200.000.000 per tahun, hal itu akan mengakibatkan PT. Mitra Usaha memperoleh laba tambahan (dibanding jika tidak disewakan) usaha sebesar Rp200.000.000, sehingga total laba usaha yang akan diperoleh jika pilihan ini diambil adalah Rp380.000.000.
Jika perusahaan memilih menggunakan fasilitas produksinya yang tidak terpakai untuk membuat produk tambahan sebanyak 40.000 unit, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan berupa biaya variabel per unit dikalikan dengan 40.000 unit tersebut. Sedangkan pendapatan yang akan diperoleh perusahaan juga akan bertambah sebesar Rp6000.000.000 (Rp15.000 x 40.000 unit), sehingga pendapatan total  yang akan diperoleh perusahaan menjadi Rp2.100.000.000 (Rp1.500.000.000 + Rp600.000.000). Alternatif ini mengakibatkan perusahaan memiliki peluang untuk memperoleh laba total sebesar Rp460.000.000.  Tetapi pilihan ini akan  sangat ditentukan keberhasilannya oleh kemampuan bagian pemasaran menjual produk tambahan tersebut.  Jika bagian pemasaran gagal menjual seluruh produk tambahan tersebut,  maka perusahaan tidak akan dapat memperoleh laba sebesar itu.
            Berdasarkan data tersbut, jelas terlihat bahwa jika perusahaan memilih untuk membeli 100.000 unit produk dari PT. Panah Merah dan kemudian menggunakan fasilitas produksinya untuk membuat produk tambahan sebanyak 40.000 unit, maka akan dihasilkan laba paling besar.  Jadi, alternatif ini merupakan pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.
            Perhitungan berbagai alternatif biaya tersebut didasarkan pada asumsi bahwa seluruh biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan akan tetap besarnya apapun keputusan dan aktivitas yang dipilih perusahaan. Biaya tetap yang ditanggung perusahaan, walaupun jumlahnya relatif tidak berubah ketika terjadi perubahan volume produksi, terkadang terdapat sejumlah biaya tetap yang dapat dihindarkan jika aktivitas produksi berhenti sama sekali. Biaya tetap yang dapat dihindarkan adalah sejumlah biaya yang bersifat tetap, tetapi dapat dihilangkan atau dihindari kalu perusahaan memutuskan untuk menghentikan aktivitas produksi. Misalnya, pengurangan tenaga satpam, pengurangan tenaga mandor, pengurangan biaya administrasi, dan sebagainya.
Jika perusahaan memiliki biaya tetap yang dapat dihindarkan, hal itu akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dan pilihan yang juga berbeda.
Sebagai contoh, jika keputusan PT. Mitra Usaha untuk membeli dari PT. Panah Merah dan membiarkan fasilitas  produksinya tidak berfungsi sama  sekali, hal ini akan menyebabkan 40% dari total biaya tetapnya dapat dihindarkan. Keputusan untuk menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain juga dapat mengurangi sebnyak 20% dari total biaya tetap. Munculnya biaya tetap yang dapat dihindarkan ini akan menghasilkan perhitungan biaya alternatif yang berbeda seperti terlihat berikut ini:
Keterangan
Membuat Sendiri
Membeli dari Pihak Lain
Mesin Tidak Digunakan
Mesin Disewakan
Produksi Ekstra
Pejualan
1.500.000.000
1.500.000.000
1.500.000.000
2.100.000.000
Pendapatan Sewa
0
0
200.000.000
0
Biaya Bahan Langsung
(200.000.000)
0
0
(80.000.000)
Biaya Tenaga Kerja Langsung
(350.000.000)
0
0
(140.000.000)
Biaya Overhead Variabel
(150.000.000)
0
0
(60.000.000)
Biaya Overhead Tetap
(240.000.000)
(144.000.000)
(192.000.000)
(240.000.000)
Biaya Pemasaran Variabel
(100.000.000)
0
0
(40.000.000)
Biaya Pemasaran Tetap
(40.000.000)
(24.000.000)
(32.000.000)
(40.000.000)
Biaya Administrasi Tetap
(90.000.000)
(54.000.000)
(72.000.000)
(90.000.000)
Pembelian Produk Jadi
0
(950.000.000)
(950.000.000)
(950.000.000)
Laba Usaha
330.000.000
328.000.000
454.000.000
460.000.000

Adanya biaya tetap yang dapat dihindarkan sebesar 40% ini membuat perusahaan hanya menanggung biaya tetap sebesar 60% dari total biaya tetap, dan akan dapat menghasilkan laba sebesar Rp328.000.000 jika memutuskan membeli dari perusahaan lain serta membiarkan fasilitas produksinya menganggur sama sekali.
            Jika perusahaan menyewakan fasilitas produksinya dan dapat menghindrkan sebesar 20% dari total biaya tetapnya, ini akan menyebabkan perusahaan memperoleh laba usaha sebesar Rp454.000.000. Perolehan laba usaha ini mendekati perolehan laba usaha jika perusahaan memilih membuat produk tambahan, yaitu sebesar Rp460.000.000. Tetapi pilihan untuk membuat produk tambahan masih sangat tergantung pada kemampuan bagian pemasaran dalm menjual produk tambahan tersebut. Sedangkan pilihan menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain akan memberikan hasil yang pasti dan tidak tergantung pada aktivitas serta kemampuan perusahaan menjual produknya.
4.      Keputusan untuk meneruskan atau menghentikan operasi
Adakalanya, perusahaan dihadapkan pada situasi dimana aktivitas terus mngalami kerugian dan tidak bisa dihindarkan. Kerugian yang terjadi diakibatkan oleh berbagai faktor yang tidak dapat dikendalikan langsung oleh perusahaan, seperti tingkat persaingan yang tinggi, kegagalan perusahaan meningkatkan pangsa pasarnya, harga jual produk yang terlalu tinggi, daya beli masyarakat yang rendah, dan berbagai faktor lainnya. Berbagai faktor tersebut dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian usaha yang tidak dapat diatasi dalam waktu singkat. Karena itu, pihak manajemen mulai mempertimbangkan menutup operasinya untuk sementara diwilayah pemasaran tertentu akibat kerugian yang dialami tersebut. Akan tetapi, menutup opersi disuatu wilayah pemasaran tertentu, khususnya dalam jangka pendek, tidak selalu menjadi pilihan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Ini karena perusahaan  harus menanggung biaya tetap dalam suatu periode tertentu walaupun aktivitas usaha dihentikan untuk jangka waktu tertentu. Lain halnya, kalau perusahaan menutup usaha secara permanen dan melikuidasi seluruh asetnya.Contoh:
Salah satu cabang perusahaan  PT. Mitra Usaha yang berlokasi di Batam memiliki kapasitas produksinya sebesar 100.000 unit per tahun. Taksiran biaya yang akan dikeluarkan untuk membuat 100.000 unit tersebut pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
-          Biaya Bahan Baku Langsung                    Rp     200.000.000
-          Biay Tenaga Kerja Langsung                    Rp     350.000.000
-          Biaya Overhead Variable                          Rp     150.000.000
-          Biaya Overhead Tetap                               Rp     240.000.000
-          Biaya Pemasaran Variable                        Rp     100.000.000
-          Biaya Pemasaran Tetap                             Rp       40.000.000
-          Biaya Administrasi                                   Rp        90.000.000
# Total                                                             Rp    1.170.000.000
Sejak tahun 2010, perusahaan ini terus mengalami kerugian, yang disebabkan karena ketidakmampuan perusahaan menjual dengan harga diatas Rp12.000 per unit, tetapi hanya mampu menjual dengan harga maksimal Rp10.500 per unitnya akibat persaingan yang ketat, yaitu para pesaing menjual produknya kurang dari Rp10.500 per unit. Pada akhir bulan November 2013, manajemen PT. Mitra Usaha mempertimbangkan untuk menutup cabang Batam tersebut pada awal tahun 2014. Benarkah keputusan menutup cabang Batam tersebut? Mengapa?
Jika cabang Batam ditutup, biaya yang dapat dihapus oleh PT. Mitra Niaga hanyalah biaya variabelnya saja. Sedangkan biaya tetapnya tidak dapat dihapus. Oleh karena itu, walaupun perusahaan berhenti beroperasi dan berhenti berproduksi, biaya tetap yang ditanggung perusahaan tidak dapat dihapus begitu saja. Perbandingan biaya berikut ini akan memperjelas keputusan yang harus diambil perusahaan.
Keterangan
Terus Beroperasi
Ditutup
Pejualan
1.050.000.000
0
Biaya Bahan Langsung
(200.000.000)
0
Biaya Tenaga Kerja Langsung
(350.000.000)
0
Biaya Overhead Variabel
(150.000.000)
0
Biaya Overhead Tetap
(240.000.000)
(240.000.000)
Biaya Pemasaran Variabel
(100.000.000)
0
Biaya Pemasaran Tetap
(40.000.000)
(40.000.000)
Biaya Administrasi Tetap
(90.000.000)
(90.000.000)
Rugi Usaha
(120.000.000)
(370.000.000)

Jika perusahaan tetap beroperasi dengan tingkat efisiensi yang tidak berubah dan harga jual tetap sebesar Rp10.500 per unit, maka jelas setiap tahun PT. Mitra Uasaha cabang Batam akan mangalami kerugian sebesar Rp120.000.000. akan tetapi, jika perusahaan ditutup dan menghentikan seluruh aktivitas produksi, maka perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan sama sekali karena tidak ada produk yang dijual. SedangkanBiaya tetap sebesar Rp 370.000.000 tetap harus ditanggung perusahaan. Akibatnya, jika perusahaan menghentikan produksi, maka kerugian yang harus di tanggung perusahaan adalah Rp 370.000.000 pertahun. Hal ini terjadi, dengan asumsi kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dibiarkan tidak terpakai sama sekali. Dengan kerugian sebesar itu, jelas menghentikan produksi bukanlah keputusan yang bijaksana karena akan mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian yang jauh lebih besar. Karena itu, jalan keluar lain harus dipertimbangkan manajemen perusahaan agar persoalan kerugian tersebut dapat terselesaikan. Biaya tetap yang ditanggung perusahaan, walaupun jumlahnya relative tidak berubah ketika terjadi perubahan volume produksi, tetapi terkadang terdapat sejumlah biaya tetap yang dapat dihindarkan jika aktivitas produksi berhenti sama sekali. Misalnya, pengurangan tenaga satpam, pengurangan tenaga mandor, pengurangan tenaga administrasi, dsbnya. Jika perusahaan memiliki biaya tetap yang dapat dihindarkan, hal itu akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dan pilihan yang berbeda. Jika dalam contoh kasus sebelumnya alternative menghentikan aktivitas produksi mengakibatkan perusahaan dapat menghindarkan sebesar 60% biaya tetapnya, dan jika fasilitas produksinya tidak digunakan sama sekali atau menyewakan fasilotas produksinya kepada pihak lain yang akan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 175.000.000 pertahun dan dapat menghindarkan biaya tetap sebesar 30%, maka perhitungan biaya diferensial menunjukkan hasil sebagai berikut:
Keterangan
Produksi
Ditutup
Disewakan
Tanpa kegiatan
Penjualan
1.050.000
0
0
Pendapatan sewa
0
175.000.000
0
Biaya bahan langsung
(200.000.000)
0
0
Biaya tenaga kerja langsung
(350.000.000)
0
0
Biaya overhead variable
(150.000.000)
0
0
Biaya overhead tetap
(240.000.000)
(168.000.000)
(96.000.000)
Biaya pemasaran variable
(100.000.000)
0
0
Biaya pemasaran tetap
(40.000.000)
(28.000.000)
(16.000.000)
Biaya administrasi tetap
(90.000.000)
(63.000.000)
(36.000.000)
Rugi usaha
(120.000.000)
(84.000.000)
(148.000.000)

Adanya biaya tetap yang dapat dihindarkan sebesar 30% jika prusahaan berhenti berproduksi dan menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain sebesar Rp 175.000.000 mengakibatkan PT Mitra Usaha Cabang Batam memperoleh pendapatan sewa sebesar Rp 175.000.000, dan hanya menanggung biaya tetap sebesar 70% dari masing-masing biaya tetap yang ada. Alternative ini mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian sebesar Rp 84.000.000. jika perusahaan memilih tidak memanfaatkan sama sekali fasilitas produksinya, alternatif ini mengakibatkan perusahaan dapat menghindarkan biaya tetap sebesar 60%, sehingga perusahaan hanya menanggung biaya tetap sebesar 40% dari total biaya tetap yang ada. Pilihan ini mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian sebesar Rp 148.000.000. sedangkan jika memilih tetap berproduksi, maka kerugian yang harus ditanggung perusahaan sebesar Rp 120.000.000 pertahun. Dengan hasil perhitungan seperti ini, maka alternative untuk menghentikan aktivitas produksi dan menyewakannya kepada pihak lain merupakan pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.

5.      Keputusan Menjual Langsung Atau Memrosesnya Lebih Lanjut
Perusahaan yang menghasilkan produk tertentu terkadang memiliki peluang untuk menjual produknya secara langsung atau memrosesnya lebih lanjut dengan hargajual yang lebih tinggi. Jika fasilitas produksi yang dimiliki suatu perusahaan memungkinkan untuk memroses produk tersebut menjadi produk lanjutan, maka untuk melakukannya perusahaan tinggal mengeluarkan biaya variable tambahan saja. Biaya tambahan tersbeut adalah biaya relevan dengan kebutuhan memrosesnya menjadi produk lanjutan. Jika perusahaan memiliki pilhan semacam itu, maka tinggal dihitung alternative laba yang akan diperoleh dengan berbagai alternative penjualan produk tersebut. Contoh:
PT Sandang Indah adalah produsen kain tenun yang berlokasi di Surabaya. Kapasitas produksi perusahaan ini dalam satu tahun adalah 100.000 meter kain. Fasilitas produksi yang dimiliki memungkinkan bagi perusahaan untuk memroses lebih lanjut kain tenunan produk perusahaan menjadi pakaian jadi untuk anak-anak, pakaian jadi prsa dewasa, dan pakaian wanita.
Jika dijual langsung dalam bentuk kain tenunan, setiap meter kain memiliki harga jual sebesar Rp 45.000. sedangkan untuk menghasilan 100.000 meter kain tersebut dibutuhkan biaya sebesar:
-          Biaya Bahan Baku langsung                     Rp 1.500.000.000
-          Biaya tenaga kerja langsung                     Rp 200.000.000         
-          Biaya Overhead Variabel                          Rp 400.000.000
-          Biaya Overhead Tetap                              Rp 1.000.000.000
-          Biaya pemasaran Variabel             Rp 150.000.000
-          Biaya pemasaran tetap                              Rp 300.000.000
-          Biaya Administrasi                                   Rp 250.000.000
Pihak manajemen PT Sanda Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menjual produknya (kain-kain tenun) secara langsung atau memrosesnya lebih lanjut menjadi pakaian jadi. Jika diproses lebih lanjut, maka harga jualnya dapat ditingkatkan. Harga jual pakaian anak adalah Rp 95.000/unit. Harga jual kemeja pria sebesar RP 120.000/unit, dan harga jual pakaian wanita sebesar Rp 150.000/unitnya. Jika seluruh kain hasil produksi perusahaan digunakan untuk membuat pakaian anak saja, akan dapat dihasilkan 60.000 unit pakaian. Jika dibuat kemeja pria saja, akan dapat dihasilkan 50.000 unit pakaian. Sedangkan jika digunakan untuk membuat pakaian wanita saja, akan dapat menghasilkan Rp 40.000 unit pakaian. Perusahaan juga mempertimbangkan untuk memroses lebih lanjut menjadi gabungan produk pakaian anak, pakaian wanita sekaligus pria.
Untuk memproduksi lebih lanjut menjadi pakaian jadi, dibutuhkan biaya tambahan perunit sebesar:
Keterangan
Pakaian anak
Kemeja pria
Pakaian wanita
BTKL
4.000
3.000
5.000
B iaya Overhead Variabel
5.000
4.000
6.000
B. Pemasaran Variabel
1.500
1.500
1.500

Pilihan mana yang harus diambil manajemen PT Sandang Indah:
1.      Menjual produknya dalam bentuk kain tenun?
2.      Memroses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk pakaian anak?
3.      Memroses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk kemeja pria?
4.      Memroses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk pakaian wanita?
Dengan berbagai alternative penjualan tersebut, pihak manajemen PT Sandang Indah memiliki beberapa alternative biaya dan laba yang dapat dipilih perusahaan. Jika memilih menjual produknya dalam bentuk kain saja tanpa memrosesnya lebih lanjut, maka perusahaan akan memperoleh laba usaha sebesar Rp 700.000.000. jika perusahaan memilih memroses kain menjadi 60.000 stel pakaian anak, perusahaan harus menambah beberapa biaya yang relevan dengan keputusan tersebut. Sebagai contoh, biaya tenaga kerja langsung bertambah menjadi Rp 440.000.000 (Rp 200.000.000 +( Rp 60.000 x Rp 4000)). Sedangkan biaya overhead variable berubah menjadi Rp 240.000.000 (Rp 400.000.000 + (Rp 60.000 x Rp 5.000)). Dan biaya pemasaran variable berubah menjadi Rp 240.000.000 (150.000.000 + (Rp 50.000 x Rp 1.500)). Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar Rp 1. 775.000.000.
Keterangan
Menjual langsung
Memrosesnya dalam bentuk pakaian
Anak
Pria
Wanita
Penjualan
4.500.000.000
5.700.000.000
6.000.000.000
6.000.000.000
Biaya-biaya




bahan baku langsung
(1.500.000.000)
(1.500.000.000)
(1.500.000.000)
(1.500.000.000)
Biaya tenaga kerja langsung
(200.000.000)
(440.000.000)
(350.000.000)
(400.000.000)
Biaya overhead variable
(400.000.000)
(700.000.000)
(600.000.000)
(640.000.000)
Biaya overhead tetap
(1.000.000.000)
(1.000.000.000)
(1.000.000.000)
(1.000.000.000)
Biaya pemasaran variabel
(150.000.000)
(240.000.000)
(225.000.000)
(210.000.000)
Biaya pemasaran tetap
(300.000.000)
(300.000.000)
(300.000.000)
(300.000.000)
Biaya administrasi
(250.000.000)
(250.000.000)
(250.000.000)
(250.000.000)
Laba usaha
700.000.000
1.270.000.000
1.775.000.000
1.700.000.000

Jika memilih memroses kain menjadi Rp 60.000 stel pakaian anak, perusahaan harus menambah biaya yang relevan dengan keputusan tersebut. Sebagai contoh, BTKL bertambah menjadi Rp 400.000.000 (Rp 200.000.000 + (Rp 40.000 x Rp 5.000)). Sedangkan biaya overhead variable berubah menjadi Rp 640.000.000 (Rp 400.000.000 + (Rp 40.000 x Rp 6.000)). Dan biaya pemasaran variable berubah menjadi Rp 210.000.000 (Rp 150.000.000 + (Rp 40.000 x Rp 1.500)). Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar RP 1.700.000.000.
Dari keempat alternatif penjualan tersebut terlihat bahwa memroses kain tenun menjadi kemeja pria memberikan laba yang paling besar untuk perusahaan.
2.4.Hubungan Dengan Titik Impas
Dalam kasus di mana perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk menjual produknya dengan harga yang berbeda, di mana satu atau sekelompok pelanggan tertentu menawar dengan harga yang lebih rendah, perusahaan dapat menggunakan analisis biaya diferensial untuk mengabulkan tawaran khusus tersebut, seperti dalam ilustrasi 4.1 dan ilustrasi 4.2. Apakah harga khusus yang lebih rendah tersebut dapat diberikan sejak unit pertama penjualan ataukah mulai volume penjualan tertentu? Jika mulai volume penjualan tertentu, diawali dengan volume berapakah tawaran khusus tersebut dapat dikabulkan?
            Titik impas adalah volume penjualan yang dicapai di mana perusahaan tidak memperoleh laba sama sekali. Pada volume penjualan impas ini, perusahaan tidak mengalami kerugian dan seluruh biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan dalam kapasitas produksi yang direncanakan telah ditutup. Seluruh biaya tetap dalam kapasitas produksi yang direncanakan dibebankan pada volume impas tersebut. Itu berarti, mulai volume penjualan selanjutnya (setelah volume penjualan impas) perusahaan dapat menentukan biaya produknya hanya dengan menghitung biaya variabelnya saja. Itulah volume penjualan awal, di mana harga jual  alternatif yang lebih murah untuk pesanan khusus dapat diberikan, yaitu harga jual yang hanya menghitung biaya variabelnya saja. Jadi, volume impas merupakan titik awal volume penjualan alternatif.Contoh:Kapasitas produksi PT. Mutiara Niaga per tahun adalah 180.000 unit. Untuk tahun mendatang perusahaan berencana menjual produknya dengan harga Rp 15.000 per unit. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 180.000 unit tersebut adalah sebagai berikut :
-          Biaya Bahan Baku Langsung       Rp       540.000.000
-          Biaya Tenaga Kerja Langsung      Rp       630.000.000
-          Biaya Overhead Variabel              Rp       270.000.000
-          Biaya Overhead Tetap                  Rp       350.000.000
-          Biaya Pemasaran Variabel            Rp       180.000.000
-          Biaya Pemasaran Tetap                 Rp       150.000.000
-          Biaya Administrasi                       Rp       100.000.000
#          Total                                        Rp     2.220.000.000
Berdasarkan pengalaman masa lalu, biasanya manajemen PT. Mutiara Niaga selalu memeperoleh pesanan khusus dengan harga twaran yang lebih rendah. Misalnya, saat ini perusahaan memperoleh pesanan dari PT. Koinmas, perusahaan distributor yang penting di wilayah Sulawesi. PT. Koinmas menawar untuk membeli produk PT. Mutiara Niaga dengan harga Rp 12.000 per unit. Produk PT Mutiara Niaga lebih banyak dipasarkan di Pulau Jawa dan Bali. Di wilayah Jawa dan Bali, PT. Mutiara Niaga menguasai lebih dari 60% pangsa pasar. Di wilayah Sulawesi, PT. Mutiara Niaga belum dapat memasarkan produknya dengan baik karena persaingan yang ketat dengan produsen lainnya. PT. Koinmas bersedia membeli produk PT. Mutiara Niaga dalam jumlah berapapun asal harga sebesar Rp 12.000 per unit tersebut dapat dikabulkan. Jika tawaran PT. Koinmas ini diterima, maka dapat dipastikan pemasaran produk PT. Mutiara Niaga di wilayah Sulawesi akan terjamin dan menembus pasar Sulawesi yang selama ini sulit dilakukan oleh tim pemasaran perusahaan. Sedangkan manajemen  perusahaan memiki keinginan besar untuk menguasai pasar Sulawesi.
            Bisakah tawaran PT. Koinmas tersebut diterima? Jika bisa diterima, mulai volume penjualan berapakah dan berapa banyak produk yang harus dijual kepada PT. Koinmas?
            Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa biaya variabel perusahaan adalah Rp 1.620.000.000 (540.000.000 + 630.000.000 + 270.000.000 + 180.000.000). Itu berarti biaya variabel per unit produk adalah Rp 9.000 (1.620.000.000 : 180.000.000 unit). Sedangkan biaya tetap total adalah Rp 600.000.000 (350.000.000 + 150.000.000 + 100.000.000). Jadi titik impas perusahaan tersebut adalah :

= Rp 1.500.000.000
                                                                        = 100.000 unit.

Karena tidak impas dicapai pada volume penjualan sebesar 100.000 unit, maka pada volume penjualan inilah perusahaan tidak akan mengalami rugi. Pada volume penjualan sebesar 100.000 unit inilah seluruh biaya tetap sebesar Rp 600.000.000 telah ditutup, karena telah dibebankan seluruhnya pada 100.000 unit penjualan produk perusahaan tersebut. Itu berarti, untuk volume penjualan di atas 100.000 unit, perusahaan dapat menentukan harga jual hanya dengan menghitung biaya variabelnya saja.
            Jika PT. Mutiara Niaga ingin menguasai pasar Sulawesi melalui penjualan kepada PT. Koinmas, maka penjualan dengan harga Rp 12.000 per unit tersebut dapat diberikan jika PT. Mutiara Niaga dapat memastikan bahwa 100.000 unit yang pertama dapat dijual di Pulau Jawa dan Bali dengan harga Rp 15.000 per unit. Jika volume penjualan sebesar 100.000 unit dapat dipastikan di Pulau Jawa dan Bali, maka volume penjualan di atas 100.000 unit dapat dilakukan dengan hanya mempertimbangkan biaya variabelnya saja. Jika keinginan untuk untuk menguasai pasar Sulawesi tersebut sangat kuat, perusahaan dapat menjual kepada PT. Koinmas sebanyak 80.000 unit, yaitu volume kapasitas produksi dikurangi volume penjualan impas.
2.5.Pengaruh Terhadap Anggaran Biaya
Keputusan untuk menjual sejumlah produk kepada pelanggan maka dengan harga yang lebih murah dibanding yang lainnya karena berbagai alasan, memiliki pengaruh langsung terhadap pencapaian anggaran perusahaan. Anggaran disusun dengan beberapa asumsi dasar, di mana salah satunya adalah harga telah ditetapkan pada tingkat tertentu. Jika dalam pelaksanaannya kemudian perusahaan mengubah harga jual menjadi lebih rendah, hal tersebut akan berpengaruh langsung terhadap perolehan laba usaha perusahaan. Laba usaha yang dianggarkan dapat dipastikan tidak akan tercapai. Tetapi jika perusahaan mempertimbangkan faktor  lain, seperti keinginan untuk menguasai pasar di suatu wilayah tertentu, maka ketidakmampuan perusahaan untuk mencapai laba yang dianggarkan dapat ditolerir. Dengan harapan, setelah pasar dikuasai, perusahaan dapat mengubah kebijakan penjualannya pada waktu mendatang.
            Misalnya dalam ilistrasi 4.6 sebelumnya, keputusan untuk menjual sebanyak 8.000 unit produk kepada PT. Koinmas dengan harga Rp 12.000 per unit pasti menyebabkan perusahaan tidak akan dapat mencapai laba yang dianggarkan sebelumnya.
Keterangan
Anggran
Realisasi
Penjualan
2.700.000.000
2.460.000.000
Biaya-biaya :


-       Bahan Baku Langsung
(540.000.000)
(540.000.000)
-       Tenaga Kerja Langsung
(630.000.000)
(630.000.000)
-       Overhead Variabel
(270.000.000)
(270.000.000)
-       Overhead Tetap
(350.000.000)
(350.000.000)
-       Pemasaran Variabel
(180.000.000)
(180.000.000)
-       Pemasaran Tetap
(150.000.000)
(150.000.000)
-       Administrasi & Umum
(100.000.000)
(100.000.000)
-       Laba Usaha
480.000.000
240.000.000

Nilai penjualan sebesar Rp 2.700.000.000 tersebut diperoleh dengan mengalikan harga jual normal sebesar Rp 15.000 dengan 180.000 unit. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membuat 180.000 unit tersebut adalah Rp 2.220.000.000, sehingga laba yang dianggarkan dengan harga jual normal adalah Rp 480.000.000. Sedangkan jika perusahaan memutuskan untuk menjual sebanyak 100.000 unit produknya di Jawa dan Bali dengan harga Rp 15.000 per unit dan menjual 80.000 unit produk kepada PT. Koinmas untuk wilayah pemasaran Sulawesi dengan harga Rp 12.000, maka nilai penjualan yang diperoleh Rp 2.460.000.000 ((100.000 unit x Rp 15.000) + (80.000 unit x Rp 12.000)). Keputusan untuk menjual menjual sebnanyak 80.000 unit dengan harga Rp 12.000 per unit dan sebanyak 100.000 unit dengan harga jual normal, mengakibatkan perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 240.000.000. Jelas ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat mencapai laba yang dianggarkan sebesar Rp Rp 480.000.000. Tetapi karena keputusan tersebut dibuat dengan alasan agar dapat menembus dan menguasai pasar Sulawesi, maka dapat dibenarkan. Jika keinginan dan rencana untuk menguasai pasar Sulawesi telah terealisasi, maka PT. Mutiara Niaga dapat mengubah kebijakan harga jualnya.
Keputusan untuk menjual produknya dengan harga jual lebih rendah dari harga jual yang direncanakan juga tidak selalu menurunkan pencapaian laba usaha yang dianggarkan. Jika dalam ilustrasi 4.6 PT. Mutiara Niaga sebelumnya hanya mampu menjual produknya maksimal sebanyak 110.000 unit di wilayah Jawa dan Bali, walaupun kapasitas produksinya 180.000 unit. Sampai sejauh ini, perusahaan tidak mampu menembus wilayah pemasaran di luar Jawa dan Bali. Jadi keputusan untuk menjual sebanyak 80.000 unit kepada PT. Koinmas, yang merupakan distributor penting di Sulawesi, dengan harga jual yang lebih rendah tidak akan memberikan pengaruh yang terlalu besar terhadap pencapaian laba usaha perusahaan. Bahkan dapat meningkatkan perolehan laba usaha dari yang dianggarkan.
            Jika sebelumnya PT. Mutiara Niaga hanya mampu menjual produknya sebanyak 110.000 unit di Wilayah Jawa dan Bali dan tidak mampu menembus wilayah pemasaran lain, maka anggaran yang realistis bagi perusahaan ini didasarkan pada penjualan sebnayak 110.000 unit. Ini akan menghasilkan nilai penjualan sebesar Rp 1.650.000.000 (110.000 unit x Rp 15.000). Biaya variabel per unit produk (Rp 9.000) dikalikan dengan 110.000 unit akan menghasilkan biaya variabel sebesar Rp 990.000.000 ditambah biaya tetap sebesar Rp 600.000.000, akan menghasilkan biaya total sebesar Rp 1.590.000.000. Penjualan yang dianggarkan sebesar Rp 1.650.000.000 dikurangi dengan biaya total sebesar Rp 1.590.000.000 akan menghasilkan laba dianggarkan sebesar  Rp 60.000.000.
Keterangan
Anggran
(110.000 unit)
Realisasi
(180.000 unit)
Penjualan
1.650.000.000
2.460.000.000
Biaya-biaya :


-       Bahan Baku Langsung
(330.000.000)
(540.000.000)
-       Tenaga Kerja Langsung
(385.000.000)
(630.000.000)
-       Overhead Variabel
(165.000.000)
(270.000.000)
-       Overhead Tetap
(350.000.000)
(350.000.000)
-       Pemasaran Variabel
(110.000.000)
(180.000.000)
-       Pemasaran Tetap
(150.000.000)
(150.000.000)
-       Administrasi & Umum
(100.000.000)
(100.000.000)
-       Laba Usaha
60.000.000
240.000.000

Jika perusahaan berencana menjual produknya sebanyak 80.000 unit kepada PT. Koinmas dengan harga Rp 12.000 per unit di wilayah Sulawesi dan menjual sebanyak 10.000 unit untuk wilayah Jawa dan Bali dengan harga Rp 15.000 per unit, maka keputusan ini akan menghasilkan nilai penjualan  sebesar Rp 2.460.000.000. Sedangkan biaya total yang dikeluarkan adalah Rp 2.220.000.000
            Keputusan untuk menjual produk perusahaan dalam dua harga pada wilayah pemasaran yang berbeda ini dapat meningkatkan volume penjualan perusahaan. Walaupun sebanyak 80.000 unit dijual dengan harga yang lebih murah, tetapi karena sebelumnya perusahaan hanya mampu menjual maksimal 11.000 unit, maka keputusan untuk menjual 80.000 unit dengan harga Rp 12.000 per unit dapat meningkatkan perolehan laba usaha perusahaan. Pada waktu perusahaan hanya mampu menjual sebanyak 11.000 unit produk di Bjawa dan Bali, perusahaan hanya menganggarkan laba usaha sebesar Rp 90.000.000. Tetapi dengan penjualan sebanyak 180.000 unit pada dua harga, hal itu menyebabkan perusahaan memperoleh laba usaha sebesar Rp 240.000.000. Jadi, keputusan untuk menjual 80.000 unit produk perusahaan di wilayah Sulawesi dengan harga yang lebih rendah malah mengakibatkan perolehan laba usaha yang lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran sebelumnya.

Daftar Pustaka : Rudianto. AKUNTANSI MANAJEMEN : Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategis, 2013. Erlangga : Jakarta.










1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih sangat membantu

Posting Komentar