TUGAS FILSAFAT ILMU
ILMU, TEKNOLOGI, DAN KEBUDAYAAN
2. Julia (3021411050)
3. Mella (3021411058)
Kelas: 2 Manajemen 2
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang maha esa yang telah melimpahkan
rahmat dah hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ilmu Teknologi dan Kebudayaan” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Adapun
isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang ilmu, teknologi dan kebudayaan.
Kami berterima kasih kepada Satera Sudaryoso, MA. Hum.selaku dosen mata kuliah Filsafat
Ilmu yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak
yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami . Oleh karena
itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari
semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang
akan datang.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu, Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan............................................................... 3
B.
Hubungan
Ilmu dan Teknologi
1. Pengertian Teknologi..................................................................................................... 3
2. Hubungan
Ilmu dan Teknologi...................................................................................... 4
3. Patokan
Nilai yang Perlu Diperhatikan dalam PengembanganIlmu Pengetahuan dan Teknologi....................................................................................................................... 6
4. Periode-periode Filsafat Ilmu dan
IPTEK...................................................................... 8
5. Perbandingan Hubungan antara IPTEK
dan Filsafat secara umum............................. 10
C. Hubungan Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan.................................................................................................................. 10
2. Pengertian Ilmu Budaya............................................................................................... 13
3. Ilmu-ilmu Sosial............................................................................................................
4. Pengetahuan
Budaya.................................................................................................... 15
5. Hubungan
Ilmu dengan Kebudayaan........................................................................... 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini tidak
akan terjadi apabila ilmu pengetahuan tidak dipisahkan dengan filsafat yang
mana terjadi pada abad ke 17 M.Karena adanya perpisahan tersebut maka ilmu
memiliki esistensinya sendiri, sehingga ia dapat membuat metode-metode yang
sesuai dengan kebutuhannya kemudian lalu menerapkannya dan dapat mewarnai dalam
perjalanan kehidupan manusia.
Terutama
pada abad ke 18 M kemajuan ilmu terlihat sangat tampak, yang mana pada masa itu
manusia sudah mengetahui rahasia-rahasia suatu materi dan dapat menyusunnya, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri. Atau dengan kata lain berpindahnya
era asap ke era electric. Dan pada
abad ini pula, muncul ilmu psikologi dan sosiologi.
Hal yang
paling urgent alasan mengapa science berpisah dengan filsafat ialah karena
subjek dari filsafat adalah segala sesuatu yang bersifat nonmaterial yang mana
panca indra tidak dapat mengetahuinya secara langsung, Padahal menurut Hasan
Hanafi, sebenarnya filsafat tidak hanya fokus pada permasalahan nalar saja,
tetapi lebih dari itu, filsafat juga tetap berhubungan dengan waktu, tempat,
masyarakat dan kebudayaan.Sedangkan science terbatas pada subjek yang bisa diketahui
dengan panca indra. Begitu juga dengan hal metode, metode filsafat ialah
terpusat pada rasionalitas dan intuisi, sedangkan metode science adalah dengan menggunakan analisa dan
eksperimen.
Kemajuan
teknologi Pada abad 20 M juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini
tidak terlepas dari perkembangan science yang
semakin hari bertambah maju. Boleh dibilang pada era ini segala informasi dapat
kita peroleh dari rumah atau kantor sambil meneguk secangkir kopi. Ini adalah
salah satu bukti bahwa kemajuan teknologi saat ini begitu menakjubkan.
Tetapi
ada problem yang akan muncul ketika kemajuan teknologi
yang tidak diimbangi dengan moral para penggunanya, karena hal itu akan dapat
merubahsuatu kebudayaan masyarakat tertentu. Sebut saja budaya ketimuran yang
ada di Indonesia sekarang sudah mulai terkikis dengan munculnya budaya barat.
Dalam
ulasan ini, penulis akan mencoba membahas tentang pengertian ilmu, teknologi
dan kebudayaan, berikut hubungan dan perbedaan antara ilmu, teknologi dan
kebudayaan, sekaligus keterkaitan ilmu dan teknologi dengan kebudayaan.
Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji
berbagai hal, baik diri manusia itu sendiri maupun realitas di luar dirinya,
sepanjang sejarah perkembangannya, sampai saat ini selalu mengalami ketegangan
dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia. Pada dataran praktis operasional
selalu diperbincangkan kembali hubungan timbal balik antara ilmu dan teknologi.
Sering muncul polemik, terutama di Negara berkembang, manakah yang lebih
penting antara mengembangkan ilmu murni dan ilmu dasar dengan mengembangkan
teknologi melalui alih teknologi maupun industrialisasi ? Apabila keduanya
penting, bagaimana strategi yang seharusnya dibangun untuk mengembangkan
keduanya mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki rata-rata Negara
berkembang? Ada kekaburan pengertian tentang ilmu, teknologi, maupun
kebudayaan. Tersirat pula di dalamnya kekaburan pemahaman hubungan anta ilmu,
teknologi, dan kebudayaan. Berikut ini akan dijelaskan ketiga hubungan
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PengertianIlmu, Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
disusun secara sistematis, konsisten dan kebenarannya telah diuji secara
empiris (Mohammad Adib, Filsafat Ilmu..: Pustaka Pelajar, 2010).Pengetahuan:
keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki
manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan
kehidupannya.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu yang
telah disistematisasi dan memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada
metode, ada sistem, amda satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis),
dan yang dicari ialah sebab-sebabnya. Menurut Cambridge-Dictionary 1995, Ilmu Pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu
dengan sistem, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji
kebenarannya.
B. Hubungan Ilmu dan Teknologi
1. Pengertian Teknologi
Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia yang artinya pembahasan sistematik
tentang seluruh seni dan kerajinan. Perkataan tersebut mempunyai akar
kata techne dan telah dikenal pada zaman Yunani kuno
yang berarti seni (art), kerajinan (craft). Art atau seni pada permulaannya berarti
sesuatu yang dibuat oleh manusia untuk dilawankan dengan kata benda alam,
tetapi kemudian menunjuk pada ketrampilan (skill) dalam
membuat barang itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158) Teknologi adalah:
1. Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis
ilmu pengetahuan terapan.
2. Keseluruhan
sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia.
2.
Hubungan Ilmu dan Teknologi
Filsafat dan IPTEK adalah dua hal yang
saling berhubungan. Secara historis, kelahiran ilmu pengetahuan berawal dari
filsafat, begitu juga sebaliknya filsafat ilmu juga semakin berkembang seiring
dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, pemikiran
manusia juga mengalami perkembangan linear, dahulu masyarakat Yunani kuno mendasari
pemikiran mereka dengan mitos, kemudian berkembang menjadi lebih rasional
dengan paham teologi mereka, pemikiran inipun terus berkembang sampai
melahirkan science dan teknologi yang dapat dirasakan manfaatnya sampai
sekarang.
Awalnya ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu
dianggap sebagai sesuatu yang identik, dalam artian ilmu pengetahuan merupakan
bagian dari filsafat, sehingga definisi mengenai ilmu juga bergantung
pada sistem filsafat yang dianut pada saat itu. Setelah abad ke-17, sejalan
dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka mulailah terjadi
pemisahan antara filsafat ilmu dan IPTEK. Pemisahan ini dapat dianalogikan
sebagai sebuah pohon yang terus berkembang, dimana filsafat ilmu berperan
sebagai batang induknya dan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai cabangnya.
Cabang ini terus berkembang membentuk ilmu-ilmu baru yang juga melahirkan
sub-sub ilmu yang sifatnya lebih khusus. Tiap-tiap cabang lalu memisahkan diri
dari batang induknya, yaitu filsafat ilmu yang kemudian berkembang sesuai
metodologinya masing-masing. Walaupun cabang-cabang ilmu pengetahuan ini
berbeda, akan tetapi mereka tetap berhubungan satu sama lain karena berasal
dari satu batang induk yang sama.
Mengenai teknologi ada tiga pendapat:
1)
Teknologi
bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
2) Teknologi
merupakan ilmu, yang dirumuskan dengan dikaitkan aspek eksternal, yaitu
industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material “ilmu” maupun
aspek “murni-terapan”.
3) Teknologi
merupakan “keahlian” yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Untuk lebih
memperjelas identifikasi ilmu dan teknologi ada tujuh pembeda.
1) Teknologi
merupakan suatusystemadapatasi yang efisien untuk tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan
masalah-masalah material manusia, atau untuk membawa perubahan-perubahan
praktis yang diimpikan manusia. Sedangkan ilmu bertujuan untuk memahami dan
menerangkan fenomena fisik, biologis, psikologis, dan dunia sosial manusia
secara empires.
2) Ilmu
berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan pikiran manusia,
sedangkan teknologi memuasatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk
menambah kapasitas kerja manusia.
3) Tujuan
ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan, sedangkan teknologi adalah
memajukan kapasitas teknis dan membuat barang atau layanan.
4) Perbedaan
ilmu terknologi berkaitan dengan pemegang peran. Bagi ilmuan diharapkan untuk
mencari pengetahuan murni dari jenis tertentu, sedangkan teknolog untuk tujuan
tertentu. Ilmuan “mencari tahu”, “teknologi mengerjakan”.
5) Ilmu
bersifat supranasional (mengatasi batas Negara) sedangkan teknologi harus
menyesesuaikan diri lingkungan tertentu.
6) Imput
teknologi bermacam-macam jenis yaitu material alamiah, daya alamiah, keahlian,
teknik, alat, mesin, ilmu, dan pengetahuan sari berbagai macam, misalnya akal
sehat, pengalaman, ilham, intuisi, dan lain-lain. Adapun imput ilmu adalah
pengetahuan yang telah tersedia.
7) Output
ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk
berdimensi tiga.
Dari penelusuran terhadap konsep
ilmu dan teknologi dengan berbgai aspek dan nuansanya, kiranya mulai jelas
keterkaitan antara ilmu dan teknologi. Beberapa titik singgung antara
keduanya mungkin dapat dirumuskan :
1) Bahwa
baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari kebudayaan.
2) Baik
ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi abstrak
maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis.
3) Terdapat
hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi
ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi, yakni
teori-teori. Pada sisi lain penemuan-penemuan teknologi sangat membantu
perluasan cakrawala penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya
perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan
bahwa dewasa ini kemajuan ilmu mengandaikan dukungan teknologi, sebaiknya
sebaiknya kemajuan teknologi mengabaikan dukungan ilmu.
4) Sebagai
klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih dapat dikatakan dengan
konteks teknologi, sedangkan istilah pengetahuan lebih sesuai
digunakan dalam konteks teknis.
3.
Patokan Nilai yang Perlu Diperhatikan dalam
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Ada 4 hal pokok ilmu pengetahuan dan teknologi
dikembangkan secara manusiawi:
1. Penghormatan
pada hak-hak asasi manusia, yang menegaskan bahwa secara positif dan
secara konkrit unsur-unsur nama yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar masyarakat itu tetap
manusiawi. Rumusan hak asasi merupakan sarana hokum untuk menjamin penghormatan
terhadap manusia. Individu-individu perlu dilindungi dari pengaruh penindasan
ilmupengetahuan.
2. Keadilan dalam bidang
sosial, politik dan ekonomi sebagai hal yang mutlak.Perkembangan teknologi
sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik. Mau
memanusiakan pengembangan ilmu pengetahuam dam teknologi berarti mau
mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dam bidang polotik dan
ekonomi. Ini berarti pelaksanaan keadilan harus member pada setia individu
kesempatan yang sama menggunakan hak-haknya.
3. Soal lingkungan hidup. Tak
seorangpun berhak menguras tandas sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa
memperhatikan akubat-akibatnya pada seluruh masyarakat. Ekologi mengajarkan
kita bahwa ada kaitan erat antar benda yang satu dengan benda yang lain di alam
ini. Ada hubungan timbale balik antara manusia, alam dan benda-benda. Ini berarti
pengolahan sepihak terhadap salah satu dari tiga rtealitas tadi akan membawa
akibat dan pengaruh pada bagian-bagian lain. Ekologi mengejar kita pula
mengetasi batas-batas kritis dari dunia: energy dan sumber daya alam yang
terbatas. Pertimbangan soal lingkungan menuntut perhatian pada akibat-akibat
pada pencemaran alam, penyiujtasn kehidupan dimasa depan bagi bangsa manusia.
4. Nilai manusia sebagai
pribadi. Daslam dunia yang dikuasa teknik, harga manusia dinilai dari
tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem administrasi kantor tertentu.
Akibatnya manusia dinilai bukan sebagai pribadi tetapi lebih dari sudut
kegunaannya atau dilihat sejauh manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilainya
sebagai pribadi berdasarkan hubungan sosial, dasar kerihanian dan penghayatan
hidup sebagai manusia dikesampingkan. Bila pengembangan ilmu penetahuan dan
teknologi mau manusiawi perhatian pada nilai manusia sebagai nilai pribadi tak
boleh dikalahkan oleh mesin.
Hal ini penting karena sistem
teknokratis cenderung kearah dehumanisasi. Mengapa? Karena nilai-nilai sistem
teknokrasi berdasar pada yang objek nyata. Sebagai data serta paham
instrumentalisme. Teknologi ternyata mengeser nilai-nilai dasar manusia sebagai
dasar pribadi. Maka pengembangan teknologi yang manusiawi harus secara dasar
menempatkan manusia sebagai pribadi, sebagai objek yang bernilai pada dirinya.
Itulah 4 hal pokok sebagai ulasan bagi jalan keluarga masalah kompleksitas
pengembangan ilmu pengetahuan dasn teknologi.
4. Periode-periode Filsafat Ilmu dan IPTEK
1. Filsafat Ilmu Dan IPTEK Pada Periode Klasik
Pada periode ini, baik
filsafat ilmu dan IPTEK bisa dianggap sebagai sesuatu yang identik atau suatu
kesatuan. Belum ada ilmu pengetahuan spesifik yang lahir pada periode ini. Tema
yang menjadi perhatian utama filsuf pada periode ini adalah segala kejadian
atau perubahan yang ada di alam. Mereka tertarik pada perubahan yang terjadi di
alam dan berusaha mencari prinsip atau hakikat dibalik fenomena tersebut.
Filsuf yang terkenal pada periode ini misalnya Thales, dia berpendapat bahwa
hakikat dari segala sesuatu di dunia ini adalah air. Filsuf lainnya adalah
Pythagoras yang terkenal dengan teorema Pythagoras. Ia berpendapat bahwa suatu
gejala fisis dikuasai oleh hukum matematis yang dia ambil dari penemuannya
terhadap interval-interval utama tangga nada yang dinotasikan dengan
perbandingan bilangan. Pythagoras juga menyatakan bahwa jagat raya bukanlah
bumi melainkan Hestia (Api).
2. Filsafat
Ilmu dan IPTEK Pada Periode Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan,
perkembangan Filsafat ilmu dan IPTEK sangat dipengaruhi oleh doktrin agama
karena pada masa itu terdapat dua agama besar, Islam dan Nasrani yang memiliki
peranan besar terhadap kehidupan pada masa itu. Pada periode ini terdapat masa skolastik,
yaitu masa dimana filsafat dan IPTEK berhenti berkembang karena kebebasan
berpikir para filsuf atau pemikir dibatasi oleh pihak gereja. Semua hal diatur
berdasarkan doktrin agama yang lebih menitik beratkan pada keyakinan. Apabila
para filsuf memiliki pemikiran yang berbeda dengan ketentuan gereja, maka
filsuf tersebut akan dianggap sebagai pembangkang dan dijatuhi hukuman berat.
Sebagai contoh, pada akhir masa pertengahan GalileoGalilei dijatuhi hukuman
mati oleh gereja karena teorinya yang mendukung Copernicus bahwa pusat tata
surya adalah matahari. Teori tersebut dianggap tidak sesuai dengan keyakinan
gereja yang pada saat itu menganut paham geosentris (bumi sebagai pusat tata
surya). Contoh filsuf yang terkenal pada periode ini adalah Agustinus, yang
pemikirannya banyak dilatar belakangi ajaran agama Kristen.
3. Filsafat
Ilmu dan IPTEK Pada Periode Abad Modern
Tidak
terdapat penunjuk waktu yang jelas sebagai pembatas antara abad
pertengahan dengan abad modern, tetapi mayoritas menganggap bahwa awal mula
perkembangan filsafat dan IPTEK masa modern diawali dengan gerakan Renaissance
pada abad XIV. Perkembangan tersebut dimatangkan dengan gerakan Aufklaerung
pada abad XVIII ditandai dengan menonjolnya liberasi, emansipasi dan otonomi
diri, perkembangan IPTEK, serta munculnya unsur-unsur kebebasan,
individualisme, rasionalisme, optimisme, kreatif dan inovatif. Pada masa ini
IPTEK mulai memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan mulai lahir dan
berkembang pesat. Para filsuf meletakkan dasar filsosofisnya untuk perkembangan
dalam bidang IPTEK, seperti Machiavelli, Giordano Bruno, Francis Bacon,Rene Descartes, Baruch de Spinoza, Blaise Pascal dan Leibniz.
4.
Filsafat Ilmu dan IPTEK Periode Kontemporer
Pada
periode kontemporer, IPTEK berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan
pemikiran manusia dan realitas sosial. Perkembangan sains dan teknologi pada
abad ke-20 memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan manusia. Pemahaman
manusia mengenai alam dan kejadian didalamnya menuju pada level yang lebih
tinggi dimana banyak penemuan baru yang berhasil meruntuhkan hukum-hukum sains
yang berlaku sebelumnya. Seperti teori fisika klasik Newton yang dimentahkan
oleh teori fisika kuantum dan mungkin penemuan akan dimentahkan lagi oleh teori
berikutnya mengingat pola pikir manusia yang terus berkembang disertai usahanya
yang terus menerus untuk menyingkap hakikat alam semesta ini.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan
bahwa perkembangan IPTEK dapat berjalan dengan tiga cara yaitu:
1. Kontinu-linear menuju suatu kemajuan
2. Sirkular-siklisdimana ada usaha untuk
mengulang kebenaran atau prinsip terdahulu dalam kondisi dan zaman yang
berbeda.
3. Diskontinu-dialektisdimana kenyataan yang
berlaku saat itu akan mendapat tentangan, lalu terjadi sintesis sebagai jalan
keluar untuk meneruskan perkembangan tersebut.
5. Perbandingan Hubungan antara IPTEK
dan Filsafat secara umum
Berikut ini adalah perbandingan
hubungan antara IPTEK dan filsafat secara umum
IPTEK
|
FILSAFAT
ILMU
|
Berasal dari akal/pemikiran manusia, mempelajari hal
yang bersifat khusus (memiliki batasan keilmuan)
|
Berasal dari
akal/pemikiran manusia, bersifat universal atau umum
|
Mempelajari fenomena dengan menggunakan metodologi
keilmuannya
|
Berusaha mencari
hakikat dari fenomena
|
Terus mengalami perubahan
|
Terus berubah menuju hakikat
|
Berusaha mencari kebenaran dari penyelidikan,
pengalaman dan percobaan (eksperimen)
|
Mencari kebenaran dengan jalan berpikir secara radikal,
integral dan universal.
|
C.
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan
1.
Pengertian Kebudayaan
Pada dasarnya kebudayaan didefinisikan
pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871,lebih dari
seratus tahun yang lalu, dalam bukunya PrimitiveCulture.Kebudayaan
sebagai tradisi, kepercayaan, perilaku dan benda-benda yang dipergunakan
(antara lain) masyarakat-masyarakat tertentu, adalah apa yang memisahkan cara
hidup manusia sejak dia berjalan pada permukaan bumi ini. Menurut hal-hal
beraneka ragam yang berdampak pada cara hidup manusia seperti kepercayaan,
pengalaman (pengetahuan umum yang diturunkan atau pengalaman religius), kondisi
dan situasi lokal (penanaman, jenis tanah, bencana alam), setiap masyarakat
akan dibentuk sesuai dengan bagaimana mereka memandang dunia dan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, kebudayaan adalah bidang yang sudah lama
diteliti oleh para ahli kemudian sudah banyak definisi diberikan akan
kebudayaan, seperti:
Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah cara hidup manusia yang diturunkan dari satu
generasi kepada yang berikutnya melalui pengetahuan (baik bahasa maupun media
simbolik lain) dan pengalaman.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terdapat
ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai
anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah jumlah pola-pola perilaku berbeda yang
berdasarkan pola-pola kepercayaan berbeda yang kemudian berdasarkan pola-pola
nilai.
Apapun definisinya,
kebudayaan ada dalam setiap masyarakat di dunia. Tanpa kebudayaan (dalam teori
saja – tidak ada satu masyarakat tanpa kebudayaan) tidak mungkin ada identitas,
struktur, makna atau cara hidup bagi masyarakat itu.
Karena kebudayaan
terdiri atas banyak bagian, elemen atau hal berbeda berarti gagasan kebudayaan
ini dapat dipisahkan menjadi seperti apa yang disebut oleh para ahli
antropologi ‘unsur-unsur kebudayaan universal’ (Cultural universals)berdasarkan ciri-ciri umum antara masyarakat di
dunia. Unsur universal ini terwujud dari tujuh sistem umum pada setiap
masyarakat: sistem teknologi atau peralatan; sistem mata pencaharian (ekonomi);
sistem organisasi sosial; sistem pengetahuan; sistem kesenian; sistem religi;
dan sistem bahasa.
Selanjutnya, setiap
unsur universal dapat dipisahkan lagi menjadi tiga bagian yang disebut kerangka
kebudayaan. Kerangka ini terdiri atas: sistem budaya (ide, gagasan); sistem
sosial (aktivitas, organisasi); dan sistem kebendaan (kebudayaan
fisik).Kerangka ini diibaratkan bawang yang berlapis sebagaimana ada
lingkaran-lingkaran yang mewakili sistem berbeda ini. Mulai di tengah bawang
(lingkaran besar ini) adalah sistem budaya yang terselubung oleh lapisan sistem
sosial dan ini juga terselubung oleh lapisan sistem kebendaan sehingga sistem
kebendaan adalah lingkaran luar. Ini menyoroti proses berjenjang dimana
pertama, ide atau gagasan mulai di hati atau pikiran orang-(orang). Ide ini
kalau manfaat untuk masyarakat dan identitas yang disampaikan kepadanya
kemudian bentuk organisasi atau struktur. Dari organisasinya akan muncul
benda-benda agar idenya ditetapkan dan ditaati masyarakat dalam hidup
sehari-harinya.
Kalau ‘sistem
budaya’ atau konsep-konsep akan pergaulan antar manusia dan pandangan dunia
yang muncul dari masyarakat-masyarakat, kemudian organisasi atau benda yang
akan muncul dikarenakan olehnya, diselidiki lebih dalam lagi dan dari pandangan
lain, konsep-konsep kebudayaan ini dapat dibaratkan akar-akar dari pohon.
Sesuai dengan akar sejati, akar pohon kebudayaan ini juga memiliki ciri-ciri
yang sama dengan akar-akar sejati. Yang pertama, seperti akar pohon sejati yang
memberikan kehidupan pada semua pohon, akar pohon kebudayaan memberikan
kehidupan kepada kebudayaan melalui munculnya pikiran, gagasan, ide, atau
konsep baru maupun lama atau apapun yang menyediakan stimulus pertumbuhan dan
ketetapan dalam kebudayaan itu. Yang kedua, seperti kebanyakan akar dari pohon
sejati di bawah tanah dan tersembunyi dari penglihatan, juga akar pohon
kebudayaan biasanya terpendam dalam hati dan pikiran pribadi-pribadi di
masyarakat.
2. Pengertian Ilmu Budaya
Secara
sederhana ilmu budaya ialah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
sumbangsih pengetahuan dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Sedangkan
Istilah ilmu budaya dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti dari istilah
Humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa inggris “The
Humanities”. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari
bahasa latin humanus yang bias diartikan manusia, berbudaya dan halul. Dengan
mempelajari thehumanities diandaikan seseorang akan bias menjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa thehumanities berkaitan dengan nilai-nilai yaitu nilai-nilai manusia
sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar supaya manusia bisa menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The humanitas disamping tidak
meninggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk
mengetahui bahwa ilmu budaya termasuk kelompok pengetahuan budaya, lebih dahulu
perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof. Dr. Harsya Bachtiar
mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok
besar, yaitu:
1. Ilmu-ilmu
Amaliah (natural science)
Ilmu-ilmu amaliah bertujuan
mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk
mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum
yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk
menentukan suatu kualitas. Hasil analisis itu kemudian digeneralisasikan. Atas
dasar itu lalu dibuat prediksi. Hasil penelitiannya 100 % benar dan 100 %
salah. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain ialah astronomi,
fisika, kimia, biologi, kedokteran dan mekanika.
2. Ilmu-ilmu
Sosial (Social science)
Ilmu-ilmu
sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam
hubungan antar manusia. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah sebagai
pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil penelitiannya tidak mungkin 100 %
benar, hanya mendekati kebenaran.Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan
antar manusia itu tidak dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok
ilmu-ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi,
psikologi, antropologi sosial, sosiologi hukum, dsb.
3. Pengetahuan
Budaya (The humanities)
Pengetahuan
budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang
bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan
peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang bersifat unik, kemudian
diberi arti. Peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan itu pada umumnya
terdapat dalam tulisan-tulisan. Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan
metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah.
Pengetahuan
budaya (The humanities) dibatasi
sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian seni dan filsafat. Keahlian ini pun
dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain. Seperti seni
tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang ilmu budaya adalah usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Dengan perkataan lain ilmu budaya menggunakan pengertian-pengertian
yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan
wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
4.
Hubungan Ilmu dengan Kebudayaan
1.
Ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup
dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan
kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang
diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengambangan kebudayaan nasional
merupakan bagian kegiatan dari suatu bangsa, baik disari atau tidak maupun
dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
2.
Ilmu
dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada suatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat
tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dilain pihak, pengembangan
ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan
keseluruhan struktur sosial dan tradisi kebudayaan, mereka saling mendukung
satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembangkan secara
pesat, demikian sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan
wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapannya.
3.
Dalam
rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunya peranan ganda.
4.
Ilmu
merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan
nasional.
5.
Ilmu
merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
6.
Pada
kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan.
Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari
pengembangan ilmu. Dalam kurung dewasa ini yang terkenal sebagai kurun ilmu
teknologi, kebudayaan kitapun tak lepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau
harus ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih dominan pengaruhnya
terhadap kehidupan kita adalah teknologi yang merupakan produk dari kegiatan
ilmiah. Sedangkan hakikat keilmuan itu sendiri yang merupakan sumber nilai yang
konstruktif bagi pengembangan kebudayaan nasional pengaruhnya dapat dikatakan
minimal sekali.
7.
Ada
pemahaman yang memisahkan ilmu dan kebudayaan baik secara konseptual maupun
faktual, tidak dapat diterima lagi. Ilmu merupakan komponen penting dari
kebudayaan. Bahkan kecenderungan akhir abad ini semakin member tempat bagi
dominasi ilmu dalam menciptakan universum-universum simbolok atau dunia
kemasukakalan. Tidak perlu disangkal bahwa memang timbul segala marginalisasi
unsur-unsur pengetahuan non ilmiah sebagai unsur pengetahuan yang berada di
luar objektivitas.
8.
Sebagaimana
watak yang sudah melekat pada kebudayaan manusia scientism pada akhirnya dapat reaksi paling tidak dengan munculnya
reorientasi atau pengembangan orientasi baru bagi pengembangan ilmu baru.
Gejala yang tampak semakin luas adalah mulai ditinggalkannya ideologi ilmu
untuk ilmu atau ilmu bebas nilai. Ideologi yang sedemikian jelas mengingkari
hubungan dialektis antara ilmu sebagai unsur sistem kebudayaan dengan unsur
sistem kebudayaan yang lain, baik itu religi, struktur sosial kepentingan
politis maupun subjektivitas manusia itu sendiri. Persoalan yang kemudian
menuntut pemikiran bersama lebih lanjut adalah strategi pengembangan ilmu yang
sungguh-sungguh mempertimbangkan unsur-unsur sistem kebudayaan yang lain secara
integral dan integratif. Kesalahan pemilihan strategi pembelajaran ilmu akan
mempunyai akibat langsung bagi integrasi kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan. Setiap kebudayaan memiliki hierarki nilai yang berbeda sebagai
dasar penentuan skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yang menentukan nilai
teori dengan mendudukan rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah sebagai
dasar penentu dunia objektif. Terdapat pula sistem kebudayaan yang menempatkan
nilai ekonomi sebagai acuan dasar dari seluruh dinamika unsur kebudayaan yang
lain. Ada juga sistem kebudayaan yang meletakkan nilai positif sebagai dasar
pengendali unsur-unsur kebudayaan yang lain, selain ada sistem kebudayaan yang
menempatkan nilai religius, nilai estetis, nilai sosial sebagai dasar dan
orientasi seluruh kebudayaan setiap pilihan orientasi nilai dari kebudayaan
akan memiliki konsekuensi masing-masing, baik pada taraf ideasional maupun
operasional.
Untuk meningkatkan peranan dan
kegiatan keilmuan pada pokoknya mengandung beberapa pikiran.
1) Ilmu
merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah
peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi
kebudayaan masyarakat kita.
2) Ilmu
merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Disamping ilmu masih
terdapat cara-cara lain yang sah sesuai lingkungan dan permasalahannya masing-masing.
3) Asumsi dasar dari
semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode
yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
4) Pendidikan
ilmuwan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.
5) Pengembangan
bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat
terutama yang menyangkut keilmuan.
6) Kegiatan
ilmiah harus bersifat otonomi yang terbatas dari tekanan struktur kekuasaan.
Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan
harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Terlalu banyak
campur tangan dari luar hanya menimbulkan paradigma mereka semua yang tidak ada
gunanya. Paradigma agar bias berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat
yakni kondisi rasionalitas dan kondisi psikososial kelompok. Kondisi
rasionalitas menyangkut dasar pikiran paradigma yang berkaitan dengan makna,
hakikat dan relevansinya dengan keterlibatan semua anggota kelompok dalam
mengembangkan dan melaksanakan paradigma tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat
pengetahuan adalah bidang filsafat yang
membahas hakikat pengetahuan, dengan empat aspek yaitu sumber, struktur,
keabsahan dan batas-batasnya
Filsafat
Ilmu Pengetahuan adalah bidang filsafat yang mempelajari ciri ilmu pengetahuan
dan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Tiga ciri utama ilmu pengetahuan adalah
(a) teoretis sistematis, (b) pertanggungjawaban wajib melalui metodologi dan
verifikasi, dan (c) obyektif (Karl Popper) atau Inter subyektif (Thomas Khun).
Metode
induksi empiris makin populer dan kuat peranannya didukung oleh tiga ciri
tersebut, walaupun metode deduksi tetap diperlukan. Oleh
karenanya ilmu pengetahuan mengalami perubahan yang sangat signifikan, terlebih
lagi ditunjang dengan teknologi mutakhir. Tetapi
perlu dicatat, perpaduan antara science
dan teknologi tidak selamanya berdampak positif pada masyarakat.
Justru terkadang malah sebaliknya, bisa
berakibat negatif. Bayangkan saja pada masa ini science dan
teknologi bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk
memerangi sesama manusia dan menguasai mereka, terbukti bermacam-macam senjata
pembunuh berhasil diciptakan dan dikembangkan. Dampak tersebut tergantung pada
masing-masing pengguna teknologi tersebut. Apakah dia mampu memanfaatkannya
dengan baik atau tidak? Dari sinilah pendidikan moral “pendidikan agama” perlu
ditancapkan. Karena menurut Hasan Hanafi ilmu tanpa agama akan bersifat relatif
dan penuh keraguan.
Sebenarnya
pengaruh science dan teknologi tidak
hanya berdampak pada permasalahan moral saja, tetapi lebih berat lagi, karena
dengannya dapat merubah kebudayaan masyarakat tertentu dan juga dapat
menghilangkan nilai-nilai suatu budaya yang merupakan jiwa dari kebudayaan itu
sendiri, sekaligus menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan.
Hubungan ilmu,
teknologi dan kebudayaan sesungguhnya merupakan realitas yang kompleks.
Masing-masing merupakan jalinan yang rumit dan berpihak pada dua aspek realitas
yang berbeda, yaitu abstrak ideasional dan aspek konkrit operasional. Kedua
aspek tersebut saling menggadaikan sehingga telah terdapat hubungan antara
ilmu, teknologi, dan kebudayaan mau tidak mau meski mempertimbangkan dinamika
hubungan antara aspek konkret dengan aspek abstrak pada ketiganya. Mengabaikan
salah satu aspek hanya akan menghasilkan telaah yang timpang sama seperti
hasrat manusia kini untuk memecahkan kebutuhan dengan cara sederhana melalui
teknologi, hasrat untuk menjelaskan hubungan antara ilmu, teknologi dan
kebudayaan dalam suatu uraian sederhana merupakan suatu hal yang kontradiktif.
Tidak ada pemecahan sederhana untuk suatu hubungan dari realitas yang kompleks.
Akhirnya hal yang sangat penting untuk selalu dicamkan
dan diperhatikan yaitu:
1) Menghindari
sikap ilmu untuk ilmu dan teknologi untuk teknologi seharusnya ilmu dan
teknologi, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.
2) Penerapan
ilmu dan teknologi di Indonesia harus didasarkan atas Pancasila. Karena Pancasila
adalah dasar Negara republik Indonesia, dan selanjutnya ilmu dan teknologi
harus diabdikan kepada Negara dan masyarakat Indonesia dengan kata lain, ilmu
dan teknologi harus diabdikan kepada kepentingan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
https://adhimasyusuf.wordpress.com/2013/01/17/hubungan-antara-ilmu pengetahuan-dan-teknologi/ Diakses pada tanggal 20 Mei 2015
http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/hubungan-ilmu-teknologi
kebudayaan.html Diakses pada
tanggal 20 Mei 2015
http://www.rangkumanmakalah.com/ilmu-teknologi-dan-kebudayaan/Diaksespada tanggal 20 Mei 2015
0 komentar:
Posting Komentar