Pages

Subscribe:

Pengantar

Terima kasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Rabu, 06 Januari 2016

TUGAS FILSAFAT ILMU
ILMU, TEKNOLOGI, DAN KEBUDAYAAN




Disusun oleh:
1.       Indri Desmita               (3021411046)
2.    Julia                              (3021411050)
3.    Mella                            (3021411058)

Kelas: 2 Manajemen 2
Dosen Pembimbing: Satera Sudaryoso, MA. Hum.



JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2014/2015






KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dah hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu Teknologi dan Kebudayaan” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang ilmu, teknologi dan kebudayaan.
Kami  berterima kasih kepada Satera Sudaryoso, MA. Hum.selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami . Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.






                                                                           Pangkalpinang, 24 Mei 2015


                                                                   Kelompok 8











DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ilmu, Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan............................................................... 3
B.     Hubungan Ilmu dan Teknologi
1.      Pengertian Teknologi..................................................................................................... 3
2.      Hubungan Ilmu dan Teknologi...................................................................................... 4
3.      Patokan Nilai yang Perlu Diperhatikan dalam PengembanganIlmu Pengetahuan dan Teknologi....................................................................................................................... 6
4.      Periode-periode Filsafat Ilmu dan IPTEK...................................................................... 8
5.      Perbandingan Hubungan antara IPTEK dan Filsafat secara umum............................. 10
C.     Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
1.      Pengertian Kebudayaan.................................................................................................................. 10
2.      Pengertian Ilmu Budaya............................................................................................... 13
3.      Ilmu-ilmu Sosial............................................................................................................
4.      Pengetahuan Budaya.................................................................................................... 15
5.      Hubungan Ilmu dengan Kebudayaan........................................................................... 15

BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................................iii
                                                                                                                                                                         

 


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini tidak akan terjadi apabila ilmu pengetahuan tidak dipisahkan dengan filsafat yang mana terjadi pada abad ke 17 M.Karena adanya perpisahan tersebut maka ilmu memiliki esistensinya sendiri, sehingga ia dapat membuat metode-metode yang sesuai dengan kebutuhannya kemudian lalu menerapkannya dan dapat mewarnai dalam perjalanan kehidupan manusia.
           Terutama pada abad ke 18 M kemajuan ilmu terlihat sangat tampak, yang mana pada masa itu manusia sudah mengetahui rahasia-rahasia suatu materi dan dapat menyusunnya, sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri. Atau dengan kata lain berpindahnya era asap ke era electric. Dan pada abad ini pula, muncul ilmu psikologi dan sosiologi.
Hal yang paling urgent alasan mengapa science berpisah dengan filsafat ialah karena subjek dari filsafat adalah segala sesuatu yang bersifat nonmaterial yang mana panca indra tidak dapat mengetahuinya secara langsung, Padahal menurut Hasan Hanafi, sebenarnya filsafat tidak hanya fokus pada permasalahan nalar saja, tetapi lebih dari itu, filsafat juga tetap berhubungan dengan waktu, tempat, masyarakat dan kebudayaan.Sedangkan science terbatas pada subjek yang bisa diketahui dengan panca indra. Begitu juga dengan hal metode, metode filsafat ialah terpusat pada rasionalitas dan intuisi, sedangkan metode science adalah dengan menggunakan analisa dan eksperimen.
           Kemajuan teknologi Pada abad 20 M juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan science yang semakin hari bertambah maju. Boleh dibilang pada era ini segala informasi dapat kita peroleh dari rumah atau kantor sambil meneguk secangkir kopi. Ini adalah salah satu bukti bahwa kemajuan teknologi saat ini begitu menakjubkan.
Tetapi ada problem yang akan muncul ketika kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan moral para penggunanya, karena hal itu akan dapat merubahsuatu kebudayaan masyarakat tertentu. Sebut saja budaya ketimuran yang ada di Indonesia sekarang sudah mulai terkikis dengan munculnya budaya barat. 
           Dalam ulasan ini, penulis akan mencoba membahas tentang pengertian ilmu, teknologi dan kebudayaan, berikut hubungan dan perbedaan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan, sekaligus keterkaitan ilmu dan teknologi dengan kebudayaan.
 Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji berbagai hal, baik diri manusia itu sendiri maupun realitas di luar dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya, sampai saat ini selalu mengalami ketegangan dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia. Pada dataran praktis operasional selalu diperbincangkan kembali hubungan timbal balik antara ilmu dan teknologi. Sering muncul polemik, terutama di Negara berkembang, manakah yang lebih penting antara mengembangkan ilmu murni dan ilmu dasar dengan mengembangkan teknologi melalui alih teknologi maupun industrialisasi ? Apabila keduanya penting, bagaimana strategi yang seharusnya dibangun untuk mengembangkan keduanya mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki rata-rata Negara berkembang? Ada kekaburan pengertian tentang ilmu, teknologi, maupun kebudayaan. Tersirat pula di dalamnya kekaburan pemahaman hubungan anta ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Berikut ini akan dijelaskan ketiga hubungan tersebut.










BAB II
PEMBAHASAN
A.      PengertianIlmu, Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, konsisten dan kebenarannya telah diuji secara empiris (Mohammad Adib, Filsafat Ilmu..: Pustaka Pelajar, 2010).Pengetahuan: keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.  
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu yang telah disistematisasi dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada metode, ada sistem, amda satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya. Menurut Cambridge-Dictionary 1995, Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan  tertentu dengan sistem, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya.
B.       Hubungan Ilmu dan Teknologi
1.    Pengertian Teknologi
Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia yang artinya pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan. Perkataan tersebut mempunyai akar kata techne dan telah dikenal pada zaman Yunani kuno yang berarti seni (art), kerajinan (craft). Art atau seni pada permulaannya berarti sesuatu yang dibuat oleh manusia untuk dilawankan dengan kata benda alam, tetapi kemudian menunjuk pada ketrampilan (skill) dalam membuat barang itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158) Teknologi adalah:
1.  Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan.
    2.   Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

2.    Hubungan Ilmu dan Teknologi

Filsafat dan IPTEK adalah dua hal yang saling berhubungan. Secara historis, kelahiran ilmu pengetahuan berawal dari filsafat, begitu juga sebaliknya filsafat ilmu juga semakin berkembang seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, pemikiran manusia juga mengalami perkembangan linear, dahulu masyarakat Yunani kuno mendasari pemikiran mereka dengan mitos, kemudian berkembang menjadi lebih rasional dengan paham teologi mereka, pemikiran inipun terus berkembang sampai melahirkan science dan teknologi yang dapat dirasakan manfaatnya sampai sekarang.
 Awalnya ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu dianggap sebagai sesuatu yang identik, dalam artian ilmu pengetahuan merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi mengenai ilmu juga  bergantung pada sistem filsafat yang dianut pada saat itu. Setelah abad ke-17, sejalan dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka mulailah terjadi pemisahan antara filsafat ilmu dan IPTEK. Pemisahan ini dapat dianalogikan sebagai sebuah pohon yang terus berkembang, dimana filsafat ilmu berperan sebagai batang induknya dan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai cabangnya. Cabang ini terus berkembang membentuk ilmu-ilmu baru yang juga melahirkan sub-sub ilmu yang sifatnya lebih khusus. Tiap-tiap cabang lalu memisahkan diri dari batang induknya, yaitu filsafat ilmu yang kemudian berkembang sesuai metodologinya masing-masing. Walaupun cabang-cabang ilmu pengetahuan ini berbeda, akan tetapi mereka tetap berhubungan satu sama lain karena berasal dari satu batang induk yang sama.
Mengenai teknologi ada tiga pendapat:

1)   Teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
2)  Teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dengan dikaitkan aspek eksternal, yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material “ilmu” maupun aspek “murni-terapan”.
3)  Teknologi merupakan “keahlian” yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.

Untuk lebih memperjelas identifikasi ilmu dan teknologi ada tujuh pembeda.
1)   Teknologi merupakan suatusystemadapatasi yang efisien untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan masalah-masalah material manusia, atau untuk membawa perubahan-perubahan praktis yang diimpikan manusia. Sedangkan ilmu bertujuan untuk memahami dan menerangkan fenomena fisik, biologis, psikologis, dan dunia sosial manusia secara empires.
2)    Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan pikiran manusia, sedangkan teknologi memuasatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk menambah kapasitas kerja manusia.
3)   Tujuan ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan, sedangkan teknologi adalah memajukan kapasitas teknis dan membuat barang atau layanan.
4)   Perbedaan ilmu terknologi berkaitan dengan pemegang peran. Bagi ilmuan diharapkan untuk mencari pengetahuan murni dari jenis tertentu, sedangkan teknolog untuk tujuan tertentu. Ilmuan “mencari tahu”, “teknologi mengerjakan”.
5)    Ilmu bersifat supranasional (mengatasi batas Negara) sedangkan teknologi harus menyesesuaikan diri lingkungan tertentu.
6)    Imput teknologi bermacam-macam jenis yaitu material alamiah, daya alamiah, keahlian, teknik, alat, mesin, ilmu, dan pengetahuan sari berbagai macam, misalnya akal sehat, pengalaman, ilham, intuisi, dan lain-lain. Adapun imput ilmu adalah pengetahuan yang telah tersedia.
7)    Output ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk berdimensi tiga.

Dari penelusuran terhadap konsep ilmu dan teknologi dengan berbgai aspek dan nuansanya, kiranya mulai jelas keterkaitan antara ilmu dan teknologi. Beberapa titik singgung antara keduanya mungkin dapat dirumuskan :
1)   Bahwa baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari kebudayaan.
2)    Baik ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi abstrak maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis.
3)    Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi, yakni teori-teori. Pada sisi lain penemuan-penemuan teknologi sangat membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan bahwa dewasa ini kemajuan ilmu mengandaikan dukungan teknologi, sebaiknya sebaiknya kemajuan teknologi mengabaikan dukungan ilmu.
4)    Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih dapat dikatakan dengan konteks teknologi, sedangkan istilah pengetahuan lebih sesuai digunakan dalam konteks teknis.

3.    Patokan Nilai yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Ada 4 hal pokok ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan secara manusiawi:
1.   Penghormatan pada hak-hak asasi manusia, yang menegaskan bahwa secara positif dan secara konkrit unsur-unsur nama yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar masyarakat itu tetap manusiawi. Rumusan hak asasi merupakan sarana hokum untuk menjamin penghormatan terhadap manusia. Individu-individu perlu dilindungi dari pengaruh penindasan ilmupengetahuan.
2.    Keadilan dalam bidang sosial, politik dan ekonomi sebagai hal yang mutlak.Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik. Mau memanusiakan pengembangan ilmu pengetahuam dam teknologi berarti mau mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dam bidang polotik dan ekonomi. Ini berarti pelaksanaan keadilan harus member pada setia individu kesempatan yang sama menggunakan hak-haknya.
3.    Soal lingkungan hidup. Tak seorangpun berhak menguras tandas sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akubat-akibatnya pada seluruh masyarakat. Ekologi mengajarkan kita bahwa ada kaitan erat antar benda yang satu dengan benda yang lain di alam ini. Ada hubungan timbale balik antara manusia, alam dan benda-benda. Ini berarti pengolahan sepihak terhadap salah satu dari tiga rtealitas tadi akan membawa akibat dan pengaruh pada bagian-bagian lain. Ekologi mengejar kita pula mengetasi batas-batas kritis dari dunia: energy dan sumber daya alam yang terbatas. Pertimbangan soal lingkungan menuntut perhatian pada akibat-akibat pada pencemaran alam, penyiujtasn kehidupan dimasa depan bagi bangsa manusia.
4.    Nilai manusia sebagai pribadi. Daslam dunia yang dikuasa teknik, harga manusia dinilai dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem administrasi kantor tertentu. Akibatnya manusia dinilai bukan sebagai pribadi tetapi lebih dari sudut kegunaannya atau dilihat sejauh manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilainya sebagai pribadi berdasarkan hubungan sosial, dasar kerihanian dan penghayatan hidup sebagai manusia dikesampingkan. Bila pengembangan ilmu penetahuan dan teknologi mau manusiawi perhatian pada nilai manusia sebagai nilai pribadi tak boleh dikalahkan oleh mesin.

Hal ini penting karena sistem teknokratis cenderung kearah dehumanisasi. Mengapa? Karena nilai-nilai sistem teknokrasi berdasar pada yang objek nyata. Sebagai data serta paham instrumentalisme. Teknologi ternyata mengeser nilai-nilai dasar manusia sebagai dasar pribadi. Maka pengembangan teknologi yang manusiawi harus secara dasar menempatkan manusia sebagai pribadi, sebagai objek yang bernilai pada dirinya. Itulah 4 hal pokok sebagai ulasan bagi jalan keluarga masalah kompleksitas pengembangan ilmu pengetahuan dasn teknologi.

4. Periode-periode Filsafat Ilmu dan IPTEK

1.    Filsafat Ilmu Dan IPTEK Pada Periode Klasik
Pada periode ini, baik filsafat ilmu dan IPTEK bisa dianggap sebagai sesuatu yang identik atau suatu kesatuan. Belum ada ilmu pengetahuan spesifik yang lahir pada periode ini. Tema yang menjadi perhatian utama filsuf pada periode ini adalah segala kejadian atau perubahan yang ada di alam. Mereka tertarik pada perubahan yang terjadi di alam dan berusaha mencari prinsip atau hakikat dibalik fenomena tersebut. Filsuf yang terkenal pada periode ini misalnya Thales, dia berpendapat bahwa hakikat dari segala sesuatu di dunia ini adalah air. Filsuf lainnya adalah Pythagoras yang terkenal dengan teorema Pythagoras. Ia berpendapat bahwa suatu gejala fisis dikuasai oleh hukum matematis yang dia ambil dari penemuannya terhadap interval-interval utama tangga nada yang dinotasikan dengan perbandingan bilangan. Pythagoras juga menyatakan bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api).
2.    Filsafat Ilmu dan IPTEK Pada Periode Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, perkembangan Filsafat ilmu dan IPTEK sangat dipengaruhi oleh doktrin agama karena pada masa itu terdapat dua agama besar, Islam dan Nasrani yang memiliki peranan besar terhadap kehidupan pada masa itu. Pada periode ini terdapat masa skolastik, yaitu masa dimana filsafat dan IPTEK berhenti berkembang karena kebebasan berpikir para filsuf atau pemikir dibatasi oleh pihak gereja. Semua hal diatur berdasarkan doktrin agama yang lebih menitik beratkan pada keyakinan. Apabila para filsuf memiliki pemikiran yang berbeda dengan ketentuan gereja, maka filsuf tersebut akan dianggap sebagai pembangkang dan dijatuhi hukuman berat. Sebagai contoh, pada akhir masa pertengahan GalileoGalilei dijatuhi hukuman mati oleh gereja karena teorinya yang mendukung Copernicus bahwa pusat tata surya adalah matahari. Teori tersebut dianggap tidak sesuai dengan keyakinan gereja yang pada saat itu menganut paham geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Contoh filsuf yang terkenal pada periode ini adalah Agustinus, yang pemikirannya banyak dilatar belakangi ajaran agama Kristen. 
3.    Filsafat Ilmu dan IPTEK Pada Periode Abad Modern
Tidak terdapat penunjuk waktu yang  jelas sebagai pembatas antara abad pertengahan dengan abad modern, tetapi mayoritas menganggap bahwa awal mula perkembangan filsafat dan IPTEK masa modern diawali dengan gerakan Renaissance pada abad XIV. Perkembangan tersebut dimatangkan dengan gerakan Aufklaerung pada abad XVIII ditandai dengan menonjolnya liberasi, emansipasi dan otonomi diri, perkembangan IPTEK, serta munculnya unsur-unsur kebebasan, individualisme, rasionalisme, optimisme, kreatif dan inovatif. Pada masa ini IPTEK mulai memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan mulai lahir dan berkembang pesat. Para filsuf meletakkan dasar filsosofisnya untuk perkembangan dalam bidang IPTEK, seperti MachiavelliGiordano BrunoFrancis Bacon,Rene DescartesBaruch de SpinozaBlaise Pascal dan Leibniz

4.         Filsafat Ilmu dan IPTEK Periode Kontemporer
Pada periode kontemporer, IPTEK berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan realitas sosial. Perkembangan sains dan teknologi pada abad ke-20 memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan manusia. Pemahaman manusia mengenai alam dan kejadian didalamnya menuju pada level yang lebih tinggi dimana banyak penemuan baru yang berhasil meruntuhkan hukum-hukum sains yang berlaku sebelumnya. Seperti teori fisika klasik Newton yang dimentahkan oleh teori fisika kuantum dan mungkin penemuan akan dimentahkan lagi oleh teori berikutnya mengingat pola pikir manusia yang terus berkembang disertai usahanya yang terus menerus untuk menyingkap hakikat alam semesta ini.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan IPTEK dapat berjalan dengan tiga cara yaitu:
1.    Kontinu-linear menuju suatu kemajuan
2.    Sirkular-siklisdimana ada usaha untuk mengulang kebenaran atau prinsip terdahulu dalam kondisi dan zaman yang berbeda.
3.    Diskontinu-dialektisdimana kenyataan yang berlaku saat itu akan mendapat tentangan, lalu terjadi sintesis sebagai jalan keluar untuk meneruskan perkembangan tersebut. 
5. Perbandingan Hubungan antara IPTEK dan Filsafat secara umum
Berikut ini adalah perbandingan hubungan antara IPTEK dan filsafat secara umum
IPTEK
FILSAFAT ILMU
Berasal dari akal/pemikiran manusia, mempelajari hal yang bersifat khusus (memiliki batasan keilmuan)
Berasal dari akal/pemikiran manusia, bersifat universal atau umum
Mempelajari fenomena dengan menggunakan metodologi keilmuannya
Berusaha mencari hakikat dari fenomena
Terus mengalami perubahan
Terus berubah menuju hakikat
Berusaha mencari kebenaran dari penyelidikan, pengalaman dan percobaan (eksperimen)
Mencari kebenaran dengan jalan berpikir secara radikal, integral dan universal.
C.      Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
1.    Pengertian Kebudayaan
Pada dasarnya kebudayaan didefinisikan pertama kali oleh E. B. Taylor pada tahun 1871,lebih dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya PrimitiveCulture.Kebudayaan sebagai tradisi, kepercayaan, perilaku dan benda-benda yang dipergunakan (antara lain) masyarakat-masyarakat tertentu, adalah apa yang memisahkan cara hidup manusia sejak dia berjalan pada permukaan bumi ini. Menurut hal-hal beraneka ragam yang berdampak pada cara hidup manusia seperti kepercayaan, pengalaman (pengetahuan umum yang diturunkan atau pengalaman religius), kondisi dan situasi lokal (penanaman, jenis tanah, bencana alam), setiap masyarakat akan dibentuk sesuai dengan bagaimana mereka memandang dunia dan dirinya sendiri.  Oleh karena itu, kebudayaan adalah bidang yang sudah lama diteliti oleh para ahli kemudian sudah banyak definisi diberikan akan kebudayaan, seperti:
Kebudayaan adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah cara hidup manusia yang diturunkan dari satu generasi kepada yang berikutnya melalui pengetahuan (baik bahasa maupun media simbolik lain) dan pengalaman.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah jumlah pola-pola perilaku berbeda yang berdasarkan pola-pola kepercayaan berbeda yang kemudian berdasarkan pola-pola nilai.
Apapun definisinya, kebudayaan ada dalam setiap masyarakat di dunia. Tanpa kebudayaan (dalam teori saja – tidak ada satu masyarakat tanpa kebudayaan) tidak mungkin ada identitas, struktur, makna atau cara hidup bagi masyarakat itu.
Karena kebudayaan terdiri atas banyak bagian, elemen atau hal berbeda berarti gagasan kebudayaan ini dapat dipisahkan menjadi seperti apa yang disebut oleh para ahli antropologi ‘unsur-unsur kebudayaan universal’ (Cultural universals)berdasarkan ciri-ciri umum antara masyarakat di dunia. Unsur universal ini terwujud dari tujuh sistem umum pada setiap masyarakat: sistem teknologi atau peralatan; sistem mata pencaharian (ekonomi); sistem organisasi sosial; sistem pengetahuan; sistem kesenian; sistem religi; dan sistem bahasa. 
Selanjutnya, setiap unsur universal dapat dipisahkan lagi menjadi tiga bagian yang disebut kerangka kebudayaan. Kerangka ini terdiri atas: sistem budaya (ide, gagasan); sistem sosial (aktivitas, organisasi); dan sistem kebendaan (kebudayaan fisik).Kerangka ini diibaratkan bawang yang berlapis sebagaimana ada lingkaran-lingkaran yang mewakili sistem berbeda ini. Mulai di tengah bawang (lingkaran besar ini) adalah sistem budaya yang terselubung oleh lapisan sistem sosial dan ini juga terselubung oleh lapisan sistem kebendaan sehingga sistem kebendaan adalah lingkaran luar. Ini menyoroti proses berjenjang dimana pertama, ide atau gagasan mulai di hati atau pikiran orang-(orang). Ide ini kalau manfaat untuk masyarakat dan identitas yang disampaikan kepadanya kemudian bentuk organisasi atau struktur. Dari organisasinya akan muncul benda-benda agar idenya ditetapkan dan ditaati masyarakat dalam hidup sehari-harinya.
Kalau ‘sistem budaya’ atau konsep-konsep akan pergaulan antar manusia dan pandangan dunia yang muncul dari masyarakat-masyarakat, kemudian organisasi atau benda yang akan muncul dikarenakan olehnya, diselidiki lebih dalam lagi dan dari pandangan lain, konsep-konsep kebudayaan ini dapat dibaratkan akar-akar dari pohon. Sesuai dengan akar sejati, akar pohon kebudayaan ini juga memiliki ciri-ciri yang sama dengan akar-akar sejati. Yang pertama, seperti akar pohon sejati yang memberikan kehidupan pada semua pohon, akar pohon kebudayaan memberikan kehidupan kepada kebudayaan melalui munculnya pikiran, gagasan, ide, atau konsep baru maupun lama atau apapun yang menyediakan stimulus pertumbuhan dan ketetapan dalam kebudayaan itu. Yang kedua, seperti kebanyakan akar dari pohon sejati di bawah tanah dan tersembunyi dari penglihatan, juga akar pohon kebudayaan biasanya terpendam dalam hati dan pikiran pribadi-pribadi di masyarakat.
2.    Pengertian Ilmu Budaya
Secara sederhana ilmu budaya ialah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Sedangkan Istilah ilmu budaya dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti dari istilah Humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa inggris “The Humanities”. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humanus yang bias diartikan manusia, berbudaya dan halul. Dengan mempelajari thehumanities diandaikan seseorang akan bias menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa thehumanities berkaitan dengan nilai-nilai yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar supaya manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The humanitas disamping tidak meninggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya termasuk kelompok pengetahuan budaya, lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof. Dr. Harsya Bachtiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu: 
1.    Ilmu-ilmu Amaliah (natural science)
Ilmu-ilmu amaliah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis itu kemudian digeneralisasikan. Atas dasar itu lalu dibuat prediksi. Hasil penelitiannya 100 % benar dan 100 % salah. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain ialah astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran dan mekanika. 
2.    Ilmu-ilmu Sosial (Social science)
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil penelitiannya tidak mungkin 100 % benar, hanya mendekati kebenaran.Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antar manusia itu tidak dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial antara lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, demografi, psikologi, antropologi sosial, sosiologi hukum, dsb. 
3.    Pengetahuan Budaya (The humanities)
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Peristiwa-peristiwa dan pernyataan-pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan. Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah. 
Pengetahuan budaya (The humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain. Seperti seni tari, seni rupa, seni musik, dll. Sedang ilmu budaya adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain ilmu budaya menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. 
4.         Hubungan Ilmu dengan Kebudayaan
1.      Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengambangan kebudayaan nasional merupakan bagian kegiatan dari suatu bangsa, baik disari atau tidak maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
2.      Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada suatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dilain pihak, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi kebudayaan, mereka saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembangkan secara pesat, demikian sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapannya.
3.      Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunya peranan ganda.
4.      Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional.
5.      Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
6.      Pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurung dewasa ini yang terkenal sebagai kurun ilmu teknologi, kebudayaan kitapun tak lepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih dominan pengaruhnya terhadap kehidupan kita adalah teknologi yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Sedangkan hakikat keilmuan itu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan kebudayaan nasional pengaruhnya dapat dikatakan minimal sekali.
7.      Ada pemahaman yang memisahkan ilmu dan kebudayaan baik secara konseptual maupun faktual, tidak dapat diterima lagi. Ilmu merupakan komponen penting dari kebudayaan. Bahkan kecenderungan akhir abad ini semakin member tempat bagi dominasi ilmu dalam menciptakan universum-universum simbolok atau dunia kemasukakalan. Tidak perlu disangkal bahwa memang timbul segala marginalisasi unsur-unsur pengetahuan non ilmiah sebagai unsur pengetahuan yang berada di luar objektivitas.
8.      Sebagaimana watak yang sudah melekat pada kebudayaan manusia scientism pada akhirnya dapat reaksi paling tidak dengan munculnya reorientasi atau pengembangan orientasi baru bagi pengembangan ilmu baru. Gejala yang tampak semakin luas adalah mulai ditinggalkannya ideologi ilmu untuk ilmu atau ilmu bebas nilai. Ideologi yang sedemikian jelas mengingkari hubungan dialektis antara ilmu sebagai unsur sistem kebudayaan dengan unsur sistem kebudayaan yang lain, baik itu religi, struktur sosial kepentingan politis maupun subjektivitas manusia itu sendiri. Persoalan yang kemudian menuntut pemikiran bersama lebih lanjut adalah strategi pengembangan ilmu yang sungguh-sungguh mempertimbangkan unsur-unsur sistem kebudayaan yang lain secara integral dan integratif. Kesalahan pemilihan strategi pembelajaran ilmu akan mempunyai akibat langsung bagi integrasi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Setiap kebudayaan memiliki hierarki nilai yang berbeda sebagai dasar penentuan skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yang menentukan nilai teori dengan mendudukan rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah sebagai dasar penentu dunia objektif. Terdapat pula sistem kebudayaan yang menempatkan nilai ekonomi sebagai acuan dasar dari seluruh dinamika unsur kebudayaan yang lain. Ada juga sistem kebudayaan yang meletakkan nilai positif sebagai dasar pengendali unsur-unsur kebudayaan yang lain, selain ada sistem kebudayaan yang menempatkan nilai religius, nilai estetis, nilai sosial sebagai dasar dan orientasi seluruh kebudayaan setiap pilihan orientasi nilai dari kebudayaan akan memiliki konsekuensi masing-masing, baik pada taraf ideasional maupun operasional.
Untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan pada pokoknya mengandung beberapa pikiran.
1)      Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
2)      Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Disamping ilmu masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai lingkungan dan permasalahannya masing-masing.
3)      Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
4)      Pendidikan ilmuwan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.
5)      Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
6)      Kegiatan ilmiah harus bersifat otonomi yang terbatas dari tekanan struktur kekuasaan.
Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Terlalu banyak campur tangan dari luar hanya menimbulkan paradigma mereka semua yang tidak ada gunanya. Paradigma agar bias berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat yakni kondisi rasionalitas dan kondisi psikososial kelompok. Kondisi rasionalitas menyangkut dasar pikiran paradigma yang berkaitan dengan makna, hakikat dan relevansinya dengan keterlibatan semua anggota kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan paradigma tersebut.












BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN  
Filsafat pengetahuan  adalah bidang filsafat yang membahas hakikat pengetahuan, dengan empat aspek yaitu sumber, struktur, keabsahan dan batas-batasnya
Filsafat Ilmu Pengetahuan adalah bidang filsafat yang mempelajari ciri ilmu pengetahuan dan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Tiga ciri utama ilmu pengetahuan adalah (a) teoretis sistematis, (b) pertanggungjawaban wajib melalui metodologi dan verifikasi, dan (c) obyektif (Karl Popper) atau Inter subyektif (Thomas Khun).
Metode induksi empiris makin populer dan kuat peranannya didukung oleh tiga ciri tersebut, walaupun metode deduksi tetap diperlukan. Oleh karenanya ilmu pengetahuan mengalami perubahan yang sangat signifikan, terlebih lagi ditunjang dengan teknologi mutakhir. Tetapi perlu dicatat, perpaduan antara science dan teknologi tidak selamanya berdampak positif pada masyarakat.
 Justru terkadang malah sebaliknya, bisa berakibat negatif. Bayangkan saja pada masa ini science dan teknologi bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai mereka, terbukti bermacam-macam senjata pembunuh berhasil diciptakan dan dikembangkan. Dampak tersebut tergantung pada masing-masing pengguna teknologi tersebut. Apakah dia mampu memanfaatkannya dengan baik atau tidak? Dari sinilah pendidikan moral “pendidikan agama” perlu ditancapkan. Karena menurut Hasan Hanafi ilmu tanpa agama akan bersifat relatif dan penuh keraguan.
Sebenarnya pengaruh science dan teknologi tidak hanya berdampak pada permasalahan moral saja, tetapi lebih berat lagi, karena dengannya dapat merubah kebudayaan masyarakat tertentu dan juga dapat menghilangkan nilai-nilai suatu budaya yang merupakan jiwa dari kebudayaan itu sendiri, sekaligus menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan.
Hubungan ilmu, teknologi dan kebudayaan sesungguhnya merupakan realitas yang kompleks. Masing-masing merupakan jalinan yang rumit dan berpihak pada dua aspek realitas yang berbeda, yaitu abstrak ideasional dan aspek konkrit operasional. Kedua aspek tersebut saling menggadaikan sehingga telah terdapat hubungan antara ilmu, teknologi, dan kebudayaan mau tidak mau meski mempertimbangkan dinamika hubungan antara aspek konkret dengan aspek abstrak pada ketiganya. Mengabaikan salah satu aspek hanya akan menghasilkan telaah yang timpang sama seperti hasrat manusia kini untuk memecahkan kebutuhan dengan cara sederhana melalui teknologi, hasrat untuk menjelaskan hubungan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan dalam suatu uraian sederhana merupakan suatu hal yang kontradiktif. Tidak ada pemecahan sederhana untuk suatu hubungan dari realitas yang kompleks.
Akhirnya hal yang sangat penting untuk selalu dicamkan dan diperhatikan yaitu:
1)      Menghindari sikap ilmu untuk ilmu dan teknologi untuk teknologi seharusnya ilmu dan teknologi, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.
2)      Penerapan ilmu dan teknologi di Indonesia harus didasarkan atas Pancasila. Karena Pancasila adalah dasar Negara republik Indonesia, dan selanjutnya ilmu dan teknologi harus diabdikan kepada Negara dan masyarakat Indonesia dengan kata lain, ilmu dan teknologi harus diabdikan kepada kepentingan nasional.




                                                                                             


DAFTAR PUSTAKA





                                                                                     




















0 komentar:

Posting Komentar